Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aremania, Bonek, Bobotoh, hingga The Jak, Bagaimana Rivalitas Berawal?

Kompas.com - 16/05/2020, 03:30 WIB
Mochamad Sadheli

Penulis

KOMPAS.com - Rivalitas selalu mewarnai dunia sepak bola di berbagai klub maupun suporter di dunia, termasuk di Indonesia.

Sebut saja rivalitas antarsupoter Aremania (suporter Arema FC) dengan pendukung fanatik Persebaya Surabaya, Bonek.

Begitu juga rivalitas yang pernah memakan korban jiwa antara pendukung Persib Bandung, Bobotoh, dengan suporter Persija Jakarta, The Jak.

Kata rivalitas juga selalu mengarah ke hal negatif bahkan seringkali dicap seram di kalangan pencinta sepak bola maupun masyarakat.

Konselor olahraga, Dianita Iuschinta, menjelaskan bagaimana rivalitas di dalam dunia si kulit bulat itu berawal.

Baca juga: Arema FC Sambut Gembira Pengabulan RUPS Luar Biasa

Bagi Dianita, mencintai sebuah klub bukan sebuah kesalahan. Dengan catatan, dalam batas yang wajar.

Jika perasaan cinta tersebut sudah melampaui logika atau disebut fanatisme berlebihan, hal itu akan berdampak negatif.

"Kata rivalitas seringkali begitu seram di kalangan pencinta sepakbola karena ada banyak hal negatif yang mengikutinya," terang Dianita.

"Rivalitas sering dihubungkan dengan krisis identitas kelompok," ujar dia melanjutkan.

Hal itu dia ungkapkan berdasarkan penelitian yang berjudul Rivalry And Fan Aggression: Why Acknowledging Conflict Reduces Tension Between Rival Fans And Downplaying Makes Things Worse.

Baca juga: Berjaya di Level Junior Belum Cukup bagi Pemain Muda Persib Bandung

"Rivalitas merupakan produk dari konflik identitas yang belum bisa diselesaikan ketika sudah terjadi berlarut-larut," ungkapnya.

"Dari pengertian tersebut, setidaknya kita tahu bahwa rivalitas berawal dari konflik internal dalam kelompok."

"Konflik identitas tentu hanya dipahami oleh internal kelompok masing-masing suporter sendiri."

Bahkan, masih kata dia, sub-kelompok yang ada di kalangan suporter bingung tentang identitas kelompok mau seperti apa atau dibawa ke mana.

Perlu diketahui, manusia adalah makhluk sosial yang selalu berupaya membuat kelompok sesuai dengan kepentingan mereka.

Baca juga: Robert Alberts Tak Jamin Persib Bandung Kembali ke Performa Puncak

Kelompok yang terbangun juga berasal karena adanya satu visi, misi, dan kesamaan lainnya seperti sama-sama suka dengan sebuah tim sepak bola.

Apalagi, tim sepak bola di Indonesia selalu terikat dengan kebanggaan daerah.

Kemudian tiap kelompok tersebut bersifat sangat resisten dengan kelompok lain agar kepentingan mereka tidak terganggu.

Alhasil, konflik mudah terjadi baik dalam skala kecil maupun besar karena adanya perbedaan kepentingan.

Konflik karena perbedaan itulah sebenarnya yang disebut dengan perang identitas.

Baca juga: Rohit Chand Pilih Satu Laga Paling Berkesan Selama Membela Persija

"Bagaimana mereka memahami norma apa saja yang harus dipertahankan demi eksistensi kelompok dan perilaku apa yang harus dimunculkan untuk mengubah stereotip masyarakat yang sering mengarah pada hal negatif," jelas dia.

Stereotip yang terjadi di masyarakat tersebut seringkali membuat resah dan khawatir baik ketika akan mendukung tim kesayangan bermain di kandang maupun saat tandang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bayern Vs Dortmund: Tuchel Tak Membawa Muenchen ke Arah yang Benar

Bayern Vs Dortmund: Tuchel Tak Membawa Muenchen ke Arah yang Benar

Bundesliga
Amunisi Muda Barca, Marc Guiu: Xavi Sangat Penting bagi Barcelona

Amunisi Muda Barca, Marc Guiu: Xavi Sangat Penting bagi Barcelona

Liga Spanyol
Lorenzo Nilai Bagnaia Lakukan Kesalahan Saat Insiden dengan Marquez

Lorenzo Nilai Bagnaia Lakukan Kesalahan Saat Insiden dengan Marquez

Motogp
Prediksi Persib Vs Bhayangkara FC, Maung Pincang Tanpa 6 Pemain Utama

Prediksi Persib Vs Bhayangkara FC, Maung Pincang Tanpa 6 Pemain Utama

Liga Indonesia
Kata Indra Sjafri soal Label Pemain Keturunan di Timnas Indonesia

Kata Indra Sjafri soal Label Pemain Keturunan di Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Prediksi Ranking FIFA: Indonesia Salip Malaysia, Naik Peringkat Ke-135

Prediksi Ranking FIFA: Indonesia Salip Malaysia, Naik Peringkat Ke-135

Timnas Indonesia
Jadwal Spain Masters 2024, Indonesia Pastikan Wakil di Perempat Final

Jadwal Spain Masters 2024, Indonesia Pastikan Wakil di Perempat Final

Badminton
Kalahkan Arema FC, Bajul Ijo Langsung Penuhi Janji Jalan Kaki 1,5 Km

Kalahkan Arema FC, Bajul Ijo Langsung Penuhi Janji Jalan Kaki 1,5 Km

Liga Indonesia
Ronaldo Marah ke Wasit Setelah Portugal Kalah

Ronaldo Marah ke Wasit Setelah Portugal Kalah

Internasional
Dampak Program Naturalisasi bagi Level Persaingan Timnas Indonesia

Dampak Program Naturalisasi bagi Level Persaingan Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Jadwal Liga Inggris Akhir Pekan, Man City Vs Arsenal

Jadwal Liga Inggris Akhir Pekan, Man City Vs Arsenal

Liga Inggris
Belum Latihan di Pelatnas, Kevin Sanjaya Akan Dipanggil PBSI

Belum Latihan di Pelatnas, Kevin Sanjaya Akan Dipanggil PBSI

Badminton
Ricky Soebagja Harap PBSI Gelar Acara Perpisahan untuk Marcus Gideon

Ricky Soebagja Harap PBSI Gelar Acara Perpisahan untuk Marcus Gideon

Badminton
Persik Vs Persikabo: Situasi Makin Sulit, Djanur Tegaskan Masih Punya Semangat Tempur

Persik Vs Persikabo: Situasi Makin Sulit, Djanur Tegaskan Masih Punya Semangat Tempur

Liga Indonesia
PR dari Shin Tae-yong untuk PSSI dan Kita

PR dari Shin Tae-yong untuk PSSI dan Kita

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com