KOMPAS.com - Unggul ketika laga berlangsung belum berarti sebuah tim menang. Kemenangan dalam sepak bola baru ditentukan setelah wasit meniup peluit panjangnya, baik 90 menit, 120 menit, atau usai penalti.
Namun, tak sedikit pencinta sepak bola menanggap kemenangan sudah di depan mata ketika tim kebanggaan dalam posisi unggul.
Hingga di akhir laga, ternyata tim lawan berhasil bangkit dan anggapan kemenangan yang sebelumnya tertanam menjadi sirna.
Kejadian tersebut kerap disebut dengan istilah jinx (baca: jings), dalam bahasa Indonesia diartikan kualat atau membawa sial.
Baca juga: Asal-usul, Menelusuri Julukan Maung Bandung bagi Persib
Melansir Tabloid BOLA edisi 1990 15 Desember 2009, jinx tidak lepas dari perihal metafisika atau bahkan juga dianggap jimat.
Meski sulit dibuktikan secara nalar dan ilmiah, unsur yang berbau metafisika ini tetap menarik serta menggugah rasa penasaran.
Lalu, bagaimana dengan asal-usul kata jinx tersebut?
Merebak pada tahun 1911 atau sekitar awal abad ke-20, di kalangan penutur Inggris-Amerika, jinx awalnya sesuatu yang seharusnya menjadi dimat.
Akan tetapi, nyatanya malah membawa nasib sial bagi tim atau seorang atlet.
Baca juga: Asal-usul Istilah Gol Olimpik, Gol Langsung dari Sepak Pojok ala Toni Kroos
Pembentukan istilah tersebut dipengaruhi dua faktor.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.