LONDON, KOMPAS.com - Lembaga Anti-doping Dunia (WADA) mengincar kawasan Afrika yang belum memiliki sistem anti-doping mumpuni.
Presiden WADA Witold Banka mengemukakan hal itu sebagaimana warta laman bangkokpost.com, hari ini.
Baca juga: Terlibat Kasus Doping, Lifter Malaysia dan Thailand Dilarang ke Olimpiade Tokyo 2020
Banka mengakui, untuk membuat Afrika terbantu mengatasi masalah doping pada atlet, WADA memerlukan dana yang tidak sedikit.
"Makanya, WADA memerlukan Dana Solidaritas," kata pria yang pada 1 Januari 2020 baru saja menggantikan pejabat lama Craig Reedie.
"Kami tengah bekerja mencapai tujuan penting itu," imbuh pria berusia 35 tahun itu.
Catatan Banka menunjukkan dana WADA yang besarnya antara 36-40 juta dollar AS per tahun memang belum mencukupi bila harus membenahi tugas anti-doping yang sempurna bagi Afrika.
Curang
Sementara itu, Banka juga mengatakan bahwa pandemi corona bukan waktunya bagi atlet untuk berbuat curang.
Banka, mantan Menteri Olahraga Polandia itu mengatakan, WADA punya senjata khusus untuk tetap menerapkan tes anti-doping meski pandemi corona belum berlalu.
"Tes anti-doping bukan satu-satunya cara kami untuk membuktikan atlet melakukan doping atau tidak. Kami punya cara lain," katanya.
WADA kata Banka mengembangkan teknologi paspor biologi atlet.
Dengan piranti itu, WADA memiliki analisis panjang dan mendalam tentang atlet bersangkutan.
"Paspor biologi atlet juga menjadi alat ampuh untuk kami mencermati profil para atlet," ucapnya.
Kendati demikian, Banka belum mau membeberkan secara rinci ikhwal paspor biologi atlet yang dimaksudkannya.
"Saat ini, di tengah pandemi, paling penting adalah memerangi pandemi corona," ujar mantan pelari internasional 400 meter itu.
Banka mengatakan, WADA secara intensif berkomunikasi dengan lembaga-lembaga olahraga internasional termasuk Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan lembaga-lembaga anti-doping di berbagai negara untuk ikut ambil bagian menumpas pandemi corona.