KOMPAS.com - Atlet lompat galah, Katerina Stefanidi (Yunani) dan atlet heptathlon, Katarina Johnson-Thompson (Inggris) ikut mengkritik wacana IOC soal upaya mengusahakan Olimpiade terlaksana sesuai jadwal di tengah pandemi virus corona.
Sebelumnya, kritik atas wacana IOC (Komite Olimpiade Internasional) dan panitia penyelenggara bukan hanya datang dari atlet, tapi juga anggota IOC sendiri.
Anggota IOC, Hayley Wickenheiser, mengatakan krisis akibat virus corona lebih besar dan seharusnya menjadi prioritas semua orang di dunia saat ini daripada harus memaksakan melangsungkan Olimpiade.
Serupa dengan Wickenheiser, atlet lompat galah Yunani, Katerina Stefanidi mengatakan IOC menempatkan semua atlet dalam risiko jika tetap melaksanakan Olimpiade berlangsung sesuai jadwal.
Baca juga: Olimpiade Tokyo 2020, Ini Hasil Terkini Telekonferensi IOC
Olimpiade sendiri dijadwalkan tetap berlangsung pada 24 Juli-9 Agustus di Tokyo, Jepang. Sementara, Piala Eropa 2020 yang akan diadakan pada Juni-Juli 2020 bakal diundur satu tahun.
"Tidak ada penundaan, tidak ada pembatalan. Akan tetapi IOC menempatkan kami dalam risiko," kata Katerina Stefanidi dikutip Kompas.com dari Reuters.
"Kita semua ingin Olimpiade Tokyo terlaksana, tapi ada rencana B jika itu tidak terjadi?."
"Kita harus memutuskan apakah akan membahayakan kesehatan dengan melanjutkan latihan di situasi seperti ini," kata Stefanidi melanjutkan.
Data yang dihimpun dari worldometer pada Kamis (19/3/2020) pagi WIB, ada 418 orang terinfeksi virus corona dengan lima kasus kematian dan 14 dinyatakan sembuh di Yunani.
Pemerintah Yunani pun telah menginstruksikan penutup bisnis dan ritel dengan bebarapa pengecualian, sedangkan semua fasilitas olahraga telah ditutup selama seminggu.
"IOC menempatkan kami pada posisi sulit. Bagaimana kami bisa berlatih dalam kondisi dan risiko kesehatan ini," kata Stefanidi.
"Stadion sudah ditutup selama seminggu. Besok kami mungkin mendapat izin, tapi bagaimana Anda berlatih? Anda menyentuh peralatan yang sama. Bagaimana dengan olahraga tim, senam, atau berenang?."
Baca juga: Mayoritas Warga Jepang Minta Olimpiade Tokyo 2020 Ditunda
"Saya ingin melihat bahwa ada kekhawatiran akan risiko terhadap kesehatan kami. Tidak masalah mengatakan empat bulan lagi semuanya akan baik-baik saja. Bagaimana dengan sekarang? saya ingin tahu apa yang akan mereka lakukan. Saya ingin mendengar rencana B mereka," tegasnya melanjutkan.
Di sisi lain, Stefanidi mengatakan perbedaan kebijakan soal penanganan virus corona di berbagai negara menciptakan rasa ketidakadilan bagi beberapa atlet.
Beberapa negara telah melakukan lockdown, tapi masih ada yang membuka fasilitas olahraga seperti Amerika Serikat dan Swedia.