KOMPAS.com - Terasering adalah nama lain dari sengkedan. Upaya konservasi ini ditujukan untuk memaksimalkan daya resapan air dalam tanah.
Ciri utamanya, yakni susunannya yang bertingkat. Terasering sudah banyak diterapkan oleh masyarakat Indonesia, khususnya di daerah dataran tinggi.
Dilansir dari situs Pertanian.go.id, terasering adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat untuk memperkecil kemiringan lereng.
Bangunan ini juga ditujukan untuk mengurangi panjang lereng, dengan menggali serta menguruk tanah melintangi lereng.
Baca juga: 4 Fungsi Air di Bidang Pertanian
Dikutip dari jurnal Analisis Stabilitas Lereng dengan Terasering di Desa Sendangmulyo, Tirtomoyo, Wonogiri (2016) oleh Lugut Tri dkk, berikut beberapa tujuan terasering:
Adapun tujuan utama terasering ialah mencegah hilangnya tanah di dataran tinggi akibat erosi permukaan.
Di daerah pegunungan atau perbukitan, lahan pertanian dibuat terasering. Jelaskan apa keuntungan dari sistem terasering tersebut!
Secara umum, keuntungan dari sistem terasering tersebut ialah menjaga struktur tanah serta air di kawasan pegunungan juga perbukitan.
Karena saat terasering diterapkan, risiko erosi bisa dikurangi atau dicegah. Sehingga secara langsung maupun tidak, dapat membantu proses perkebunan atau pertanian.
Keuntungan terasering lainnya adalah memperbanyak resapan air hujan ke dalam tanah. Sehingga nutrisi dan kandungan dalam tanah tetap terjaga dengan baik.
Terasering juga sangat menguntungkan petani dan pekebun, karena aliran airnya tidak hanya terpusat di satu tempat.
Menurut Farhan Ghazi dalam buku Terasering: Sistem Pertanian Bermanfaat yang Indah (2021), keuntungan terasering lainnya ialah mencegah degradasi lahan.
Baca juga: Pengolahan Tanah untuk Lahan Pertanian Berkelanjutan
Adapun yang dimaksud degradasi lahan adalah penurunan produktivitas lahan, yang sifatnya sementara atau tetap.
Jika disimpulkan, lima keuntungan terasering: