Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Istilah suku bangsa mulai banyak dipakai di Indonesia sejak tahun 60-an, terutama untuk melengkapi istilah "suku" yang digunakan untuk menyebut kesatuan hidup dengan ciri-ciri kebudayaan tertentu.
Istilah ini menjadi penting artinya untuk menutupi ruang kosong yang ditinggalkan oleh kesatuan-kesatuan hidup yang semula dikenal sebagai "bangsa", yaitu ketika "bangsa Indonesia" muncul sebagai suatu kesatuan hidup pengisi negara Indonesia.
Dengan demikian, posisi "bangsa" yang semula dimiliki oleh orang Aceh, Batak, Minangkabau, Jawa, Sunda, Bali, Bugis, Ambon, dan sebagainya beralih menjadi suku-suku bangsa di Indonesia.
Baca juga: Daftar Suku Bangsa di Indonesia
Pengertian mengenai suku bangsa banyak diutarakan oleh tokoh-tokoh ilmu sosial. Berikut pengertian suku bangsa menurut ahli, empat di antaranya:
Suku bangsa menurut Koentjaraningrat merupakan kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
M. Tumin dalam Dictionary of Social Science (1964) menyatakan mengenai kelompok etnik adalah suatu kelompok sosial yang berada dalam sebuah sistem sosial dan kebudayaan yang lebih besar dan mendasar pengelompokan diri mereka pada status sosial khusus karena suatu penurunan ciri etnik bawaan yang dianggap ada.
Theodorson dan Theodorson dalam Modern Dictionary of Sociology (1941) menyatakan bahwa kelompok etnik adalah suatu kelompok sosial yang memiliki tradisi kebudayaan dan rasa identitas yang sama sebagai bagian dari kelompok masyarakat yang lebih besar.
Baca juga: Keberagaman Suku Bangsa di Indonesia
Abner Cohen dalam bukunya Two Dimension of Man (1976) beranggapan bahwa kelompok etnik adalah suatu kesatuan orang orang yang secara bersama-sama menjalani pola-pola tingkah laku normatif, atau kebudayaan, dan yang membentuk suatu bagian dari populasi yang lebih besar, saling berinteraksi dalam kerangka suatu sistem sosial bersama, seperti negara.
Kesamaan tiga tokoh asing di atas adalah tentang kedudukan suku bangsa yang harus dilihat sebagai bagian dari sistem sosial yang lebih besar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.