KOMPAS.com - Negosiasi dapat diartikan sebagai proses tawar menawar untuk mencapai kesepakatan bersama antara kedua belah pihak.
Kegiatan negosiasi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti ketika ingin membeli sesuatu di warung dengan proses tawar-menawar, meminta izin untuk pergi ke luar rumah, dan lain sebagainya.
Berikut delapan contoh teks negosiasi yang bisa kita jumpai di kehidupan, yakni:
Baca juga: Jenis-jenis dan Struktur Teks Negosiasi
Penjual: Halo, saya ingin menawarkan produk kami kepada anda.
Calon pembeli: Produk apa yang ingin ditawarkan?
Penjual: Produk kami adalah mesin cuci murah dan hemat listrik. Kami menawarkan harga spesial kepada pelanggan baru sebesar Rp. 1.500.000 per unit.
Calon pembeli: Apakah ada diskon tambahan jika saya membeli lebih dari satu unit?
Penjual: Kami bisa memberikan diskon tambahan sebesar 5% jika Anda membeli 2 atau lebih unit.
Calon pembeli: Apakah bisa diskonnya jadi 10%?
Penjual: Waduh, kalau begitu tidak bisa. Itu sudah diskon maksimal. Bagaimana?
Calon pembeli: Baik, saya akan mempertimbangkannya. Saya akan memberitahu anda keputusannya besok.
Penjual: Baik, kami tunggu kabarnya.
Calon Pembeli: Baik, mba.
Pembeli: Bang, bayam 1 ikat berapa?
Penjual: 7.000 1 ikatnya, mbak.
Pembeli: Waduh kok sudah naik, kemarin aja masih 4.000 loh.
Penjual: Iya mbak, soalnya mau lebaran. Jadi banyak harga sayuran yang ikut naik. Sembako aja sekarang semua sudah naik mbak.
Pembeli: Baiklah, saya beli 2 ikat saja, bang.
Penjual: Baik, mbak.
Baca juga: Struktur Teks Negosiasi dan Ciri-cirinya
Calon penumpang: Pak, ke Universitas Indonesia berapa?
Driver ojek: 15.000, neng
Calon penumpang: Mahal sekali pak, kan dekat sini saja. 10.000 saja ya?
Driver ojek: Tambah lagi ya neng, jangan 10.000. Kan suka macet.
Calon penumpang: Oke pak, saya tambah 2.000 ya.
Driver ojek: Oke, neng.
Pembeli: Permisi, di sini jual tas juga?
Penjual: Iya, silahkan bisa dipilih-pilih dulu.
Pembeli: Untuk tas ransel yang ini berapa ya?
Penjual: Oh itu harganya Rp350.000. Spesifikasinya juga sudah dilengkapi dengan banyak fitur. Diantaranya sudah anti air, resleting anti rusak dan juga bonus rain cover.
Pembeli: Mahal juga ya. Tidak bisa kurang, pak?
Penjual: Maaf kalau untuk yang itu sudah pasnya begitu. Atau kalau mau saya ambilkan tas sejenis lain tapi yang lebih murah?
Pembeli: Coba tolong ambilin yang lebih murah, pak.
Penjual: Baik. Bedanya hanya di ukurannya saja. Yang ini sedikit lebih kecil. Selebihnya kurang lebih sama dengan yang tadi, kok.
Pembeli: Hm.. begitu ya. Harganya berapa, pak?
Penjual: Rp250.000.
Pembeli: Baik, saya beli yang ini saja.
Anak: Pak ada yang ingin saya bicarakan.
Bapak: Oh iya, ngomong saja.
Anak: Pak setelah lulus SMA saya ingin kerja terlebih dulu selama satu tahun, bagaimana menurut bapak?
Bapak: Menurut bapak mending kamu langsung kuliah, sayang juga jika menunda kuliah satu tahun.
Anak: Bukan begitu pak, tapi saya ingin belajar hidup mandiri dengan bekerja nantinya saya bisa menabung untuk keperluan kuliah.
Bapak: Oalah kalau begitu maumu bapak dukung. Bapak percaya pilihanmu, baiklah bapak izinkan.
Baca juga: Struktur Teks Negosiasi dan Contohnya
Pengguna jasa: Hallo Mbak Siska, ini saya Rani, saya ingin menjahit baju untuk acara wisuda, apakah mbak bisa?
Penjahit: Hallo Mbak Rani, kalau boleh tau ingin model yang seperti apa ya?
Pengguna jasa: Mbak Siska bisa jahit baju seperti di foto yang baru saja saya kirimkan via Whatsapp?
Penjahit: Oh, sebentar mbak, belum saya buka. Saya buka dulu, ya.
Pengguna jasa: Iya Mbak Siska.
Penjahit: Wah, bagus sekali mbak contoh baju seperti ini. Seperti baju anak-anak zaman sekarang.
Pengguna jasa: Hehe. Bagaimana Mbak Siska, bisa?
Penjahit: Bisa, mbak.
Pengguna jasa: Untuk pengerjaannya berapa lama ya, mbak?
Penjahit: Sekitar 2 minggu, mbak.
Pengguna jasa: Untuk biaya jahitnya berapa, mbak?
Penjahit: Untuk model baju seperti ini biayanya 250.000, mbak.
Pengguna jasa: Oke mbak, nanti 2 minggu lagi saya ke sini.
Penjahit: Oke, mbak.
Pembeli: Bu saya mau beli gitar ini, kira-kira berapa harganya?
Penjual: Kalau gitar yang itu harganya 500.000, nak.
Pembeli: Harganya boleh kurang tidak, bu?
Penjual: Hmm, boleh saja. Mau menawar berapa?
Pembeli: 350.000, bisa tidak ya?
Penjual: Wah, kalau segitu belum bisa, nak.
Pembeli: Kalau 400.000 ?
Penjual: Belum, nak. Naik sedikit lagi, 480.000 ibu berikan gitar ini.
Pembeli: Baiklah bu, ini uangnya.
Pembeli: Permisi, di sini ada jengkol, bu?
Penjual: Ada, bu. Baru datang tadi pagi
Pembeli: 1 kg berapa, bu?
Penjual: Rp60.000.
Pembeli: Wah, belum turun, ya, bu.
Penjual: Iya, bu. Belum turun lagi.
Pembeli: Tapi ini jengkolnya masih bagus, ya, bu?
Penjual: Bagus, bu. Jengkolnya tua, Ibu bisa pilih sendiri silakan saja.
Pembeli: Bu, bisa kurang? Rp50.000 saja, ya?
Penjual: Belum dapat, bu. Untungnya sedikit. Paling Rp57.000.
Pembeli: Ya sudah, bungkus 2 kg saja, bu. Ini uangnya.
Penjual: Siap, terima kasih, bu.
Baca juga: Ciri-ciri Teks Negosiasi
Referensi:
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.