KOMPAS.com - Interaksi sosial disosiatif sebisa mungkin dihindari masyarakat karena mampu menyebabkan perpecahan.
Berbeda dengan hal itu, ada interaksi sosial asosiatif yang mampu menciptakan persatuan dan kerja sama di antara masyarakat.
Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), interaksi sosial disosiatif merupakan interaksi yang mengarah pada perpecahan.
Jenis interaksi sosial ini mampu melemahkan solidaritas dan persatuan di antara individu maupun kelompok masyarakat.
Menurut Nuraedah dalam buku Sosiologi Pendidikan dari Masyarakat hingga Ketidaksetaraan (2022), interaksi sosial disosiatif lebih menekankan pada persaingan atau perlawanan.
Akibat dari interaksi sosial disosiatif, yakni terpisah atau terpecahnya kehidupan manusia, sehingga kondisi masyarakat tidak harmonis.
Baca juga: Interaksi Sosial Asosiatif: Pengertian dan Contohnya
Dikutip dari buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (2020) karya Dina Anika Maharyani dkk, ada tiga jenis interaksi sosial disosiatif, yaitu:
Berikut penjelasannya:
Adalah perpecahan antarmanusia yang bisa dikatakan masih dalam konteks positif. Dikatakan demikian, karena individu atau kelompok saling bersaing untuk mencapai tujuan yang sama.
Contohnya persaingan antarsiswa berbeda sekolah dalam olimpiade IPA, dan persaingan para atlet dalam kejuaraan olahraga nasional.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.