Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/09/2022, 13:30 WIB
Serafica Gischa

Editor

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi 

 

KOMPAS.com - Surat Perintah Sebelas Maret atau dikenal dengan Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966. 

Di mana Soekarno memberikan mandat kepada Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan dan kestabilan pemerintahan yang buruh pada masa pembersihan setelah terjadinya Gerakan 30 September. 

Latar belakang Supersemar

Terbitnya Supersemar diawali dari gejolak peristiwa G30S atau Gerakan 30 September pada 1 Oktober 1965. 

Dengan adanya peristiwa tersebut, tentara menuding Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalang pembunuhan tujuh jenderal. 

Kemudian hal tersebut memicu amarah pemuda anti komunis, yang membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada Oktober 1965. 

Tak hanya KAMI, beberapa kesatuan lainnya (KABI, KASI, KAWI, KAGI) juga muncul dan tergabung dalam Front Pancasila dengan perlindungan tentara. 

Baca juga: Ade Irma Suryani, Putri Jenderal AH Nasution yang Jadi Korban G30S

Para pemuda memprotes Soekarno yang tidak melakukan apa-apa terhadap peristiwa G30S dan buruknya perekonomian di bawah Soekarno dengan inflasi mencapai 600 persen lebih pada 1966. 

Para pemuda menuntut tiga hal yang dikenal dengan Tritura yang berisi: 

  • Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI)
  • Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S 
  • Penurunan harga 

Karena Soekarno hanya mengabaikan suara rakyat, mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran di depan Istana Negara pada 11 Maret 1966, Demonstrasi tersebut juga mendapat dukungan dari tentara. 

Dengan kondisi yang semakin tidak terkendali, Soeharto menitipkan pesan kepada tiga jenderal yaitu, Brigjen Amir Machmud (Panglima Kodam Jaya), Brigjen M Yusuf (Menteri Perindustrian Dasar), dan Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Veteran dan Demobilisasi) yang akan menemui Soekarno. 

Soeharto meminta Presiden Soekarno untuk memberikan surat perintah dalam mengatasi keadaan apabila diberi kepercayaan. 

Mendengar hal tersebut, Soekarno langsung menandatangani surat perintah untuk mengatasi konflik pada 11 Maret 1966 sore yang dibuat di Istana Bogor. Surat tersebut kemudian dikenal sebagai Supersemar.

Baca juga: Peristiwa G30S: Siapakah Sosok Letnan Untung?

Tujuan Supersemar 

Supersemar memiliki tujuan – tujuan untuk mengatasi situasi yang ada pada saat itu. 

Setelah Supersemar dikeluarkan Soekarno, Soeharto mengambil sejumlah keputusan melalui SK Presiden Nomor 1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966 atas nama Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Mandataris MPRS/PBR. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com