Oleh: Rina Kastori, Guru SMPN 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Sebagai akibat dari kebijakan-kebijakan pemerintah pendudukan Jepang, timbul gerakan perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.
Beberapa perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia terhadap Jepang, seperti perlawanan masyarakat Cot Plieng, gerakan Koreri di Biak, perlawanan Singaparna, perlawanan di Indramayu, Aceh, Kalimantan, serta Pemberontakan tentara PETA.
Berikut penjelasannya:
Baca juga: Organisasi Bentukan Jepang ketika Menjajah Indonesia
Daerah pertama yang melakukan perlawanan terhadap Jepang yakni di Cot Plieng Bayu, Aceh. Di mana rakyat melawan tentara Jepang setelah singgah selama delapan bulan.
Perlawanan yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil, seorang guru ngaji di Cot Plieng, Aceh. Awalnya Jepang mewajibkan seluruh rakyat Aceh untuk melakukan seikerei, yaitu penghormatan kepada kaisar Jepang dengan membungkukkan badan ke arah Tokyo.
Hal tersebut bertentangan dengan ajaran Islam dan Jepang mendapat penolakan dari ulama dan rakyat Cot Plieng.
Akhirnya pasukan Jepang melakukan penghinaan terhadap umat Islam Aceh dengan membakar masjid dan membunuh jamaah yang sedang shalat subuh.
Puncak peristiwa tersebut terjadi pada 10 November 1942 dan Tengku Abdul Jalil tewas dalam pertempuran tersebut pada tanggal 13 November 1942.
Baca juga: Mengenal Kabuki, Seni Teater Klasik Asal Jepang
Pada 1943 terjadi perlawanan rakyat di Biak, Papua. Perlawan ini dilakukan oleh gerakan Koreri. Gerakan ini di bawah pimpinan L. Rumkorem.
Selama berkuasa di Biak, Jepang memperlakukan rakyat secara keji serta menjadikan mereka sebagai budak, dipukuli, dan dianiaya.
Gerakan Koreri adalah gerakan yang menjadi wujud kekecewaan rakyat Papua atas tindakan Jepang dengan basis perlawanan di Biak.
Rakyat Papua melawan Jepang secara gerilya. Banyak korban yang berjatuhan, namun tidak menyurutkan semangat mereka melawan Jepang.
Rakyat Papua tetap gigih melawan, hingga akhirnya Jepang kewalahan dan perg dari Biak. Biak menjadi daerah pertama yang bebas dan merdeka di Indonesia dari penjajahan Jepang.
Pada awal 1944, terjadi perlawanan rakyat Singaparna, Tasikmalaya yang dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustafa dari pesantren Sukamanah.