Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Big Bang: Hipotesis dan Sejarah Kemunculannya

Kompas.com - 23/05/2022, 10:30 WIB
Belila Mega,
Vanya Karunia Mulia Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com -Teori Big Bang menjadi salah satu teori paling terkenal mengenai asal-usul terbentuknya alam semesta.

Selama hampir satu abad, teori ini sempat menjadi perdebatan di antara ilmuwan dan non-cendekiawan.

Apa itu teori Big Bang dan bagaimana bisa dikatakan bahwa alam semesta terbentuk dalam ledakan atau dentuman besar?

Hipotesis teori Big Bang

Secara singkat, hipotesis teori Big Bang menyatakan bahwa semua materi saat ini dan di masa lalu, muncul di waktu yang sama, yaitu kira-kira 13,8 miliar tahun yang lalu.

Saat itu, semua materi memadat seperti bola yang sangat kecil dengan kepadatan tak terbatas dan panas yang hebat, biasa disebut singularitas. Seiring berjalannya waktu, singularitas berkembang hingga menjadi alam semesta seperti yang kita kenal saat ini.

Dilansir dari National Geographic, teori ini lahir dari pengamatan bahwa galaksi lain bergerak menjauh dari Bimasakti dengan kecepatan tinggi ke segala arah. Galaksi tersebut seolah-olah didorong oleh kekuatan ledakan dari masa lalu.

Baca juga: Teori Dentuman Besar

Sejarah teori Big Bang

Dikutip dari situs Phys.org, berikut sejarah teori Big Bang:

Indikasi paling awal dari kemunculan Big Bang adalah pengamatan luar angkasa yang dilakukan di awal abad ke-20. Tepatnya pada 1912, seorang astronom asal Amerika, Vesto Slipher, mengamati galaksi spiral yang diyakini sebagai nebula.

Ia kemudian mengukur pergeseran merah Doppler. Hasilnya, dari hampir semua kasus, galaksi spiral yang diamati tersebut bergerak menjauh dari Bimasakti.

Kemudian pada 1922, seorang kosmolog Rusia, Alexander Friedmann, mengembangkan sebuah gagasan yang dikenal sebagai persamaan Friedmann, yang diturunkan dari persamaan Einstein untuk relativitas umum.

Bertentangan dengan persamaan Einstein yang saat itu menganjurkan Konstanta Kosmologis, persamaan Friedmann justru menunjukkan bahwa alam semesta kemungkinan besar dalam keadaan mengembang.

Pada 1924, Edwin Hubble mengukur jarak yang sangat jauh ke nebula spiral terdekat. Ia juga mengembangkan serangkaian indikator jarak menggunakan teleskop Hooker 100 inci (2,5 meter) di Observatorium Mount Wilson.

Baca juga: Bisakah Lubang Hitam Menghilang dari Alam Semesta?

 

Akhirnya pada 1929, Hubble menemukan korelasi antara jarak dan kecepatan resesi yang sekarang dikenal sebagai hukum Hubble.

Pada 1927, seorang fisikawan Belgia dan imam Katolik Roma, Georges Lemaitre, secara independen meneliti dan memperoleh hasil yang sama seperti persamaan Friedmann.

Ia kemudian mengusulkan bahwa kesimpulan resesi galaksi disebabkan oleh perluasan alam semesta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com