KOMPAS.com – Arus laut bergerak secara global dalam sirkulasi, salah satunya sirkulasi termohalin. Sirkulasi termohalin yang melewati Indonesia umumnya berupa arus yang dipengaruhi oleh perbedaan kerapatan air laut (densitas).
Air laut terus bergerak, di permukaan air laut terdorong oleh sirkulasi atmosfer. Namun, jauh di dalam permukaan laut yang dalam juga arus bergerak.
Dilansir dari NOAA's National Ocean Service, arus laut dalam ini didorong oleh perbedaan kerapatan (densitas air, yang dikendalikan oleh suhu (termo) dan salinitas (halin).
Sehingga, arus dalam laut di bumi disebut dengan sirkulasi termohalin.
Secara sederhana, sirkulasi termohalin adalah arus laut akibat densitas air yang dipengaruhi oleh suhu dan juga salinitas (kadar garam) air laut.
Baca juga: Arus Laut: Definisi dan Faktornya
Sirkulasi termohalin lebih lambat dari arus permukaan, namun memiliki skala yang besar.
Dilansir dari Encyclopedia Britannica, sirkulasi termohalin mengalir dengan kecepatan 1 sentimeter per detik, meluas ke dasar laut dan membentuk pola sirkulasi yang menyelimuti lautan global.
Air laut tidak memiliki densitas (kerapatan) yang homogen. Kerapatan air laut berbeda-beda sesuai dengan salinitas (kadar garam) dan suhunya.
Salinitas tinggi dengan suhu rendah membuat air laut memiliki densitas yang tinggi. Adapun, salinitas rendah dengan suhu tinggi membuat air laut memiliki densitas yang rendah.
Baca juga: Arus Kuroshio: Arus yang Mengalir di Peraiaran Jepang
Di daerah kutub dan Samudra Atlantik, densitas air lebih tinggi. Hal ini dikarenakan suhu Atlantik yang lebih rendah dan menyebabkan pendinginan evaporatif. Air permukaan yang menguap meningkatkan salinitas air laut dan membuat densitasnya tinggi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.