Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Toxic Positivity: Pengertian, Tanda-Tanda, Dampak, dan Contoh

Kompas.com - 12/05/2022, 17:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.comToxic Positivity adalah suasana atau kondisi yang memaksakan selalu berprasangka positif hingga menjadi penyakit mental untuk diri sendiri.

Dilansir dari positivepsychology.com, toxic positivity adalah mempertahankan bahwa seseorang harus memiliki pola pikir positif dan hanya memancarkan emosi dan pikiran positif setiap saat, terutama ketika hal-hal sulit.

Pendekatan ini merusak karena mengabaikan dan mendiskreditkan emosi yang tidak positif. Hal ini dapat digambarkan sebagai penolakan, penyangkalan, atau pengusiran “pengakuan stres, kenegatifan, dan kemungkinan fitur trauma yang melumpuhkan”.

Baca juga: Komunikasi Terapeutik: Pengertian, Karakteristik, Tujuan, dan Tahapnya

Tanda-tanda toxic positivity

Terdapat tanda-tanda bila seseorang mempunyai sikap toxic positivity. Dikutip dari verywellmind.com, berikut tanda-tandanya:

  • Menyingkirkan masalah daripada menghadapinya
  • Merasa bersalah karena sedih, marah, atau kecewa
  • Menyembunyikan perasaan yang sebenarnya di balik kutipan perasaan senang yang tampaknya lebih dapat diterima secara sosial
  • Menyembunyikan atau menyamarkan perasaanmu yang sebenarnya
  • Meminimalisir perasaan orang lain karena membuat tidak nyaman
  • Mempermalukan orang lain ketika mereka tidak memiliki sikap positif
  • Mencoba menjadi tabah atau “mengatasi” emosi yang menyakitkan

Dampak toxic positivity

Dilansir dari Medicalnewstoday.com memaparkan beberapa dampak atau resiko dari toxic positivity, yaitu:

  • Mengabaikan bahaya nyata

Toxic positivity dapat menyebabkan orang yang mengalami pelecehan meremehkan tingkat keparahannya dan tetap berada dalam hubungan yang kasar.

Optimisme, harapan, dan pengampunan meningkatkn resiko orang-orang tetap bersama pelaku kekerasan dan menjadi sasaran pelecehan yang meningkat.

  • Meremehkan kehilangan

Kesedihan dan kesedihan adalah hal yang normal dalam menghadapi kehilangan. Seseorang yang berulang kali mendengar pesan untuk move on atau bahagia mungkina merasa seolah-olah orang lain tidak peduli dengan kehilangannya.

Orang tua yang kehilangan anak, misalnya, mungkin merasa bahwa anak mereka tidak penting bagi orang lain, sehingga menambah kesedihan mereka.

Baca juga: Bagaimana Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi?

  • Isolasi dan stigma

Orang yang merasakan tekanan untuk tersenyum dalam menghadapi kesulitan mungkin cenderung tidak mencari dukungan. Mereka mungkin merasa terisolasi atau malu dengan perasaan mereka, menghalangi mereka untuk mencari bantuan.

  • Masalah komunikasi

Setiap hubungan memiliki tantangan. Toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan tantangan ini dan fokus pada hal positif. Pendekatan ini dapat menghancurkan komunikasi dan kemampuan untuk memecahkan masalah hubungan.

  • Harga diri rendah

Setiap orang terkadang mengalami emosi negatif. Toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan emosi negatif mereka, meskipun menahannya dapat membuat mereka merasa lebih kuat.

Ketika seseorang tidak dapat merasa positif, mereka mungkin merasa seolah-olah mereka gagal.

Baca juga: Apa Tujuan Psikologi Komunikasi?

Contoh toxic positivity

Disadur dari Verywellmind.com menjelaskan beberapa contoh atau bentuk dari toxic positivity, yaitu:

  • Ketika seseorang baru saja kehilangan pekerjaan, rekannya mengatakan “ambil hikmahnya saja”. Meskipun komentar tersebut bertujuan untuk menunjukkan simpati, tetapi juga menghentikan apa pun ingin dikatakan tentang apa yang dialaminya.
  • Ketika seseorang baru saja kehilangan keluarganya, temanya mengatakan “segala sesuatu terjadi karena suatu alasan”. Sementara orang sering membuat pernyataan seperti itu karena dapat menghibur, tetapi juga merupakan cara untuk menghindari rasa sakit orang lain.
  • Ketika seseorang mengungkapkan kekecewaan atau kesedihan, orang lain memberi tahu bahwa “kebahagiaan adalah pilihan”. Ini menunjukkan bahwa bila merasakan emosi negatif, itu salah dari diri sendiri karena tidak “memilih” untuk bahagia.

Baca juga: 4 Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi Menurut Fisher

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal 5 Bahaya Penyalahgunan Narkoba

Mengenal 5 Bahaya Penyalahgunan Narkoba

Skola
Isi Serat Wulangreh Pupuh Dhandhanggula

Isi Serat Wulangreh Pupuh Dhandhanggula

Skola
30 Contoh Penggunaan Gerund dalam Kalimat Bahasa Inggris

30 Contoh Penggunaan Gerund dalam Kalimat Bahasa Inggris

Skola
Makna Serat Wulangreh Pupuh Pangkur

Makna Serat Wulangreh Pupuh Pangkur

Skola
Jenis-jenis Kelompok Sosial Tidak Teratur

Jenis-jenis Kelompok Sosial Tidak Teratur

Skola
Serat Wulangreh Pupuh Megatruh

Serat Wulangreh Pupuh Megatruh

Skola
Pengertian Paguyuban beserta Jenis dan Contohnya

Pengertian Paguyuban beserta Jenis dan Contohnya

Skola
Fakta dari Serat Wulangreh

Fakta dari Serat Wulangreh

Skola
4 Faktor Pendorong Interaksi Sosial

4 Faktor Pendorong Interaksi Sosial

Skola
8 Nama Ibu Kota Negara Bagian di Australia

8 Nama Ibu Kota Negara Bagian di Australia

Skola
4 Ciri Negara yang Menganut Asas Kedaulatan Rakyat

4 Ciri Negara yang Menganut Asas Kedaulatan Rakyat

Skola
Apa Itu Dampak Afektif, Kognitif, dan Konatif Komunikasi?

Apa Itu Dampak Afektif, Kognitif, dan Konatif Komunikasi?

Skola
Perbedaan Singkatan dan Akronim, Apa Sajakah Itu?

Perbedaan Singkatan dan Akronim, Apa Sajakah Itu?

Skola
7 Ciri-ciri yang Dimiliki Planet Mars

7 Ciri-ciri yang Dimiliki Planet Mars

Skola
Kelangkaan: Pengertian dan Contohnya

Kelangkaan: Pengertian dan Contohnya

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com