KOMPAS.com – Toxic Positivity adalah suasana atau kondisi yang memaksakan selalu berprasangka positif hingga menjadi penyakit mental untuk diri sendiri.
Dilansir dari positivepsychology.com, toxic positivity adalah mempertahankan bahwa seseorang harus memiliki pola pikir positif dan hanya memancarkan emosi dan pikiran positif setiap saat, terutama ketika hal-hal sulit.
Pendekatan ini merusak karena mengabaikan dan mendiskreditkan emosi yang tidak positif. Hal ini dapat digambarkan sebagai penolakan, penyangkalan, atau pengusiran “pengakuan stres, kenegatifan, dan kemungkinan fitur trauma yang melumpuhkan”.
Baca juga: Komunikasi Terapeutik: Pengertian, Karakteristik, Tujuan, dan Tahapnya
Terdapat tanda-tanda bila seseorang mempunyai sikap toxic positivity. Dikutip dari verywellmind.com, berikut tanda-tandanya:
Dilansir dari Medicalnewstoday.com memaparkan beberapa dampak atau resiko dari toxic positivity, yaitu:
Toxic positivity dapat menyebabkan orang yang mengalami pelecehan meremehkan tingkat keparahannya dan tetap berada dalam hubungan yang kasar.
Optimisme, harapan, dan pengampunan meningkatkn resiko orang-orang tetap bersama pelaku kekerasan dan menjadi sasaran pelecehan yang meningkat.
Kesedihan dan kesedihan adalah hal yang normal dalam menghadapi kehilangan. Seseorang yang berulang kali mendengar pesan untuk move on atau bahagia mungkina merasa seolah-olah orang lain tidak peduli dengan kehilangannya.
Orang tua yang kehilangan anak, misalnya, mungkin merasa bahwa anak mereka tidak penting bagi orang lain, sehingga menambah kesedihan mereka.
Baca juga: Bagaimana Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi?
Orang yang merasakan tekanan untuk tersenyum dalam menghadapi kesulitan mungkin cenderung tidak mencari dukungan. Mereka mungkin merasa terisolasi atau malu dengan perasaan mereka, menghalangi mereka untuk mencari bantuan.
Setiap hubungan memiliki tantangan. Toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan tantangan ini dan fokus pada hal positif. Pendekatan ini dapat menghancurkan komunikasi dan kemampuan untuk memecahkan masalah hubungan.
Setiap orang terkadang mengalami emosi negatif. Toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan emosi negatif mereka, meskipun menahannya dapat membuat mereka merasa lebih kuat.
Ketika seseorang tidak dapat merasa positif, mereka mungkin merasa seolah-olah mereka gagal.
Baca juga: Apa Tujuan Psikologi Komunikasi?
Disadur dari Verywellmind.com menjelaskan beberapa contoh atau bentuk dari toxic positivity, yaitu:
Baca juga: 4 Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi Menurut Fisher
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.