Oleh: Nolilita, Guru SMPN Binaan Khusus Kota Dumai, Riau
KOMPAS.com - Puisi rakyat merupakan salah satu puisi lama yang memiliki filosofi bersejarah dalam khazanah kehidupan rakyat Indonesia di masa lalu.
Puisi rakyat ini sangat identik dengan kandungan nilai dan amanat yang tersurat maupun tersirat, serta mengandung banyak makna. Adapun puisi yang termasuk puisi rakyat adalah syair, gurindam, dan pantun.
Berikut perbedaannya:
Syair adalah karya sastra lama yang berasal dari Persia atau Arab dan dibawa masuk ke Indonesia. Syair memiliki karakteristik sendiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syair diartikan sebagai puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat baris dan mempunyai akhir bunyi yang sama.
Baca juga: Contoh Puisi Bertema Covid-19
Adapun secara istilah, kata atau istilah 'syair' berasal dari bahasa Arab, yaitu Syi'ir atau Syu'ur yang berarti perasaan yang menyadari. Kemudian kata 'Syu'ur' berkembang menjadi 'Syi'ru', yang berarti puisi dalam pengetahuan umum.
Adapun ciri-ciri syair sebagai berikut:
Contohnya:
Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah (Syair Perahu Hamzah Fansuri)
Pantun merupakan puisi rakyat yang memiliki arti yaitu yang teratur, yang tersusun. Pantun juga karangan yang disusun dengan bahasa terikat atau tidak terikat.
Kata –kata yang ada di dalam sebuah pantun memiliki arti ucapan yang teratur dan juga memberikan pengarahan yang mendidik.
Ciri-ciri pantun, yakni:
Contohnya:
Kalau ketam main ke rawa
Lintah turun ke dalam kali
Kalau lihat adik sedang tertawa
Mukanya sangat lucu sekali
Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Puisi
Puisi rakyat jenis gurindam berisikan sebuah ajaran yang berkaitan dengan budi pekerti dan nasihat keagamaan. Untuk baris pada gurindam disebut sebagai syarat dan akibat.
Gurindam yang terkenal di Indonesia adalah Gurindam 12 ciptaan Raja Ali Haji. Gurindam berbeda dengan pantun dan syair.
Ciri-ciri dari gurindam:
Contoh:
Barang siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama. (gurindam 12 pasal 1)
Dalam menulis sebuah pantun, syair, dan gurindam, kita biasa memperhatikan ciri – ciri kebahasaan sebagai berikut:
Kalimat yang ada dalam teks puisi rakyat berisikan maksud memberi perintah. Contoh: Jagalah Kebersihan!
Baca juga: Unsur-unsur Puisi dan Memilah Unsur Pembangun Puisi
Kalimat yang menyertainya berisikan saran atau masukan. Contoh: Sebaiknya kamu belajar dahulu.
Kalimat teks puisi rakyat menggunakan isi yang memiliki maksud mengajak untuk melakukan atau memiliki kecendruangan terhadap sesuatu. Contoh: Marilah kita bersedekah setiap hari.
Kalimat yang menggunakan ekspresi rasa. Baik Haru, kagum, heran, senang, dan sebagainya. Contoh: Alangkah indah kampung nenek ini.
Kalimat yang isinya mendorong seseorang untuk menghindari atau mencegah sesuatu. Contoh: Jangan selalu berprasangka buruk paada orang lain!
Konjungsi atau kata hubung. Adapun kata hubung yang biasanya ada pada puisi rakyat adalah konjungsi tujuan, konjungsi sebab, konjungsi akibat, dan konjungsi syarat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.