KOMPAS.com – Sekolah adalah salah satu tempat yang memerlukan listrik dalam pengoperasiannya. Sebagai penghuni sekolah, kamu harus berhemat dalam menggunakan listrik.
Menurutmu, apa dampak sikap hidup boros listrik bagi warga sekolah? Yuk simak penjelasannya di bawah ini:
Sikap hidup boros di sekolah dapat mengakibatkan konsumsi listrik sekolah meningkat. Di sisi lain, dengan meningkatnya penggunaan listrik maka tagihan listrik yang harus dibayar sekolah juga semakin tinggi. Jika boros listrik untuk keperluan yang tidak penting, maka uang yang dibayarkan juga menjadi sia-sia.
Untuk membayar tagihan listrik yang semakin mahal, sekolah harus mendapatkan dana lebih untuk membayarnya.
Sehingga dengan terpaksa menaikkan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) bulanan yang harus dibayarkan oleh siswa. Kenaikan SPP terntu saja menjadi hal yang memberatkan bagi banyak siswa.
Baca juga: Contoh Kegiatan yang Terganggu Ketika Listrik Mati
Jika tidak menaikkan SPP, sekolah membayar tagihan yang mahal dengan cara mengambil lebih banyak anggaran sekolah.
Anggaran sekolah yang tadinya digunakan untuk hal lain seperti pendanaan ekstrakulikuler, pendanaan lomba, dan sebagainya dikurangi untuk membayar listrik.
Sehingga anggaran sekolah yang menyokong perkembangan siswa malah digunakan untuk membayar listrik. Sehingga boros menggunakan listrik sama saja dengan mengurangi dana pengembangan siswa.
Mengutip dari U.S. Energy Information Administration, sekitar 60 persen pembangkit listrik berasal dari bahan bakar fosil seperti batubara, gas alam, dan minyak bumi.
Sehingga pembangkit listrik melepaskan karbon (salah satu gas penyebab efek rumah kaca) dalam jumlah besar ke udara.
Penggunaan listrik yang boros artinya semakin banyak konsumsi listrik dan semakin banyak karbon yang diemisikan.
Baca juga: Peran Listrik di Era Global dan Contoh Produk Globalnya
Emisi karbon yang meningkat, meningkatkan gas rumah kaca yang mempercepat pemanasan global bumi. Pemanasan global tidak hanya dirasakan warga sekolah, melainkan seluruh planet bumi.
Gardina Dari Adini dalam skripsi Analisis Potensi Pemborosan Konsumsi Energi Listrik pada Gedung Kelas Fakultas Teknik Universitas Indonesia (2012) menyebutkan gaya hidup konsumtif yang boros dan tidak efisien yang terus-menerus dapat mengakibatkan kelangkaan energi listrik.
Mengingat sebagian besar listrik diperoleh dari sumber energi berupa minya bumi dan batu bara. Yang di mana keduanya merupakan sumber energi yang akan habis suatu saat nanti. Sehingga jika digunakan dengan boros, kelangkaan listrik akan terjadi semakin cepat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.