Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Terbentuknya Pegunungan Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik

Kompas.com - 23/06/2021, 11:00 WIB
Silmi Nurul Utami,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bumi memiliki lanskap geografis yang bermancam-macam, dari mulai pegunungan, lembah, ngarai, laut,sungai, teluk, pantai, gurun, savanah, dan juga stepa.

Namun tahukah kamu bahwa terdpat dua barisan pegunungan utama di dunia, yaitu pegunungan Sirkum Mediterania dan pegununungan Sirkum Pasifik.

Pegunungan Sirkum Mediterania dan pengunungan Sirkum Pasifik terbentuk karena adanya proses patahan. Berikut penjelasannya:

Pegunungan Sirkum Mediterania

Pegunungan Sirkum Mediterania sering disebut dengan Alpine-Himalayan belt karena merupakan barisan pegunungan yang menghubungkan pegunungan Himalaya dan Alpen.

Baca juga: Daftar Puncak Gunung Tertinggi di Asia

Pegunungan Sirkum Mediterania adalah barisan gunung yang terbentang sejauh 1.500 mil dari Eropa, Timur Tenga, Asia, hingga Afrika Utara.

Pegunungan Sirkum Mediterania terbentuk akibat terjadinya zona orogenik. Dilansir dari World Atlas, zona orogenik adalah tempat lempeng tektonik saling mendorong dan mengangkat kerak bumi ke atas.

Pangeanps.gov Pangea

Pegunungan Sirkum Mediterania atau Alpine-Himalayan Belt terbentuk saat lempengan bumi bergerak sejak ratusan juta tahun yang lalu. 250 juta tahun yang lalu Bumi terdiri dari kumpulan benua yang bersatu dinamakan dengan Pangea.

Penampakan benua bumi modernnps.gov Penampakan benua bumi modern

Pangea kemudian berpisah karena adanya pergerakan lempeng tektonik. Dilansir dari U. S. National Park Service, Eropa, Afrika dan Amerika Selatan memisahkan diri dari Amerika Utara dan mulai membentu topologi bumi yang modern.

Lalu sekitar 100 juta tahun yang lalu Afrika dan India menabrak Eropa dan Asia sehingga membentuk pegunungan Sirkum Mediterania.

Tabrakan lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia (India)pubs.usgs.gov Tabrakan lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia (India)

Lempeng tektonik yang bertanggung jawab pada tabrakan tesebut adalah lempeng benua Eurasia dan lempeng benua Indo-Asutralia (India) yang mengakibatkan kolisi.

Baca juga: Jingshan dan Wycherproof, Gunung Terpendek di Dunia

Hal tersebut menyebabkan terbentuknya pegunungan kontinental tertinggi di dunia yang tidak bersifat vulkanis.

Namun Pegunungan Sirkum Mediterania sangat rawan akan gempat tektonik, sekitar 15% gempak tektonik dunia bersumber dari sini.

Pegunungan Sirkum Pasifik

Pegunungan Sirkum Pasifik atau lebih dikenal dengan sebutan Ring of Fire (cincin api). Hal ini dikarenakan Sirkum pasifik terdiri dari jajaran gunung berapi yang memelingkar hampir menyerupai lingkaran.

Dilansir dari National Geographic, Sirkum Pasifik adalah serangkaian 452 gunung berapi sepanjang 25.000 mil (40.000 km) yang membentang dari ujung Amerika Selatan, Amerika Utara, Jepang, Filipina, Indonesia, Selandia Baru, hingga Antartika.

Tabrakan antara lempeng benua dan lempeng samuderapubs.usgs.gov Tabrakan antara lempeng benua dan lempeng samudera

Pegunungan Sirkum Pasifik terbentuk karena adanya subduksi antar dua lempeng tektonik. Subduksi terjadi antara lempeng benua (continental crust) dan lempeng samudera (oceanic crust).

Baca juga: 5 Letusan Gunung Terdahsyat di Dunia

Saat kedua lempeng tersebut bertabrakan, lempeng samudera menyusup ke bawah lempeng benua dan mengakibatkan pelipatan yang membentuk gunung berapi.

Dilansir dari U.S. Geological Survey Publication, lempeng samudera yang turun menjadi sumber tegangan saat kedua lempeng berinteraksi menyebabkan seringnya terjadi gempa.

Hal ini membuat Sirkum Pasifik menjadi penyumpang 90 persen gempa di dunia dari kekuatan yang sedang hingga yang tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com