Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ngayau, Tradisi Turun-temurun dari Suku Dayak

Kompas.com - 12/05/2021, 13:39 WIB
Silmi Nurul Utami,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para Suku Dayak pedalaman merupakan suku yang ditakuti oleh para penjajah Inggris dan Belanda.

Mereka bahkan menyematkan gelar “Barbaric Borneo” atau Kalimantan biadab, hal ini merajuk pada tradisi Suku Dayak yang suka berburu kepala manusia. Tradisi berburu kepala tersebut disebut dengan Ngayau.

Banyak orang Eropa yang datang ke Kalimantan dan menyaksikan ngayau lalu mempublikasikannya dalam bentuk buku. Misalnya Carl Boc, seorang naturalis asal Norwegia yang menerbitkan karya berjudul The Headhunter of Borneo pada tahun 1881.

Ngayau adalah kegiatan berburu kepala dengan cara memenggal kepala musuhnya dan membawa ke rumah selayaknya piala.

 

Dalam buku The head hunters of Borneo; a narrative of travel up the Mahakkam and down the Barito; also, Journeyings in Sumatra (1882) oleh Carl Bock, orang Dayak percaya bahwa kepala musuh mereka memiliki kemampuan supranatural yang sangat besar. 

Baca juga: Kisah Kepunahan Harimau Bali

Kemampuan supranatural tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah besar seperti wabah penyakit, mengusir roh jahat, tolak bala, dan juga meminta hasil panen melimpah.

Tradisi turun-temurun 

Berburu kepala dilakukan antarkampung di Dayak secara turun menurun. Tradisi ini dipenuhi dengan dendam dan pembuktian diri.

Seorang anak yang ayahnya dibunuh akan membalaskan dendam pada keluarga pembunuh dengan mengambil kepalanya dan membawanya ke rumah. Hal ini ditanamkan secara turun temurun pada anak-anak Suku Dayak.

Anna Durin dan kawan-kawan dalam jurnal berjudul Pengaruh Ngayau atau Headhunting dalam Penciptaan Motif-Motif Tekstil Pua Kumbu Masyarakat Iban Sarawak (2011) menyebutkan bahwa seorang pemuda Suku Dayak harus melakukan ngayau agar dapat membanggakan keluarga dengan menyandang gelar Bujang Berani. Setelah menyandang gelar tersebut, barulah ia dapat menikahi gadis pilihannya.

Perburuan kepala tidak dilakukan sendiri-sendiri melainkan dalam kelompok kecil ataupun kelompok besar. Dilansir dari The Culture Trip, orang dayak iban akan memenggal kepala musuh saat masih hidup untuk mempertahankan semangatnya karena kepala dari jiwa yang telah mati dianggap tidak berharga bagi mereka.

Baca juga: Apakah Bangsa Viking Nyata?

Rambut dari kepala hasil ngayau akan digunakan sebagai hiasan perisai dan juga gagang pedang. Kepala-kepala hasil nyagau akan dikeringkan dan digantung dirumah sebagai tanda keberanian, kebanggaan keluarga, juga kekuatan magis untuk menangkal bala.

Perburuan kepala Suku Dayak berhenti setelah dilarang pada Rapat Damai Tumbang Anoi tahun 1894, hal ini membawa ketenangan antar penduduk Kalimantan.

Hingga kini tradisi berburu kepala ngayau sudah tidak dipraktikan lagi oleh orang-orang Suku Dayak, namun masih ada rumah yang menimpan kepala-kepala hasil ngayau keluarga mereka terdahulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com