Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Unik Death Valley, Tempat Terpanas di Bumi

Kompas.com - 08/05/2021, 13:00 WIB
Vanya Karunia Mulia Putri ,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.comDeath Valley terletak di Inyo, California, Amerika Serikat, tepatnya di Amerika Utara. Death Valley memecahkan rekor dunia sebagai tempat terpanas di bumi.

Rekor suhu tertinggi yang pernah tercatat di Death Valley terjadi di Furnace Creek pada 10 Juli 1913. Suhunya mencapai 134º Fahrenheit atau sekitar 57º Celcius.

Saat gelombang panas terjadi di kawasan ini, suhunya bisa mencapai 130º Fahrenheit atau 54,4º Celcius, menjadikan Death Valley sebagai tempat terpanas di bumi.

Mengutip dari Encyclopaedia Britannica (2015), Death Valley merupakan kawasan berbentuk lembah yang memiliki panjang sekitar 225 kilometer dan lebarnya bervariasi, mulai dari 8 hingga 24 kilometer. Death Valley merupakan tempat terendah, terpanas dan terkering di Amerika Utara.

Baca juga: 5 Kota Hantu yang Ditinggalkan Penduduknya

Sebagai tempat terpanas di bumi, ada banyak fakta unik yang bisa digali dari Death Valley. Apa sajakah fakta uniknya?

Terlalu panas

Dilansir dari situs U.S. Department of the Interior, suhu di Death Valley sangatlah panas. Bahkan Juli 2018, menjadi bulan terpanas di kawasan ini. Suhu rata-rata hariannya mencapai 108,1º Fahrenheit atau sekitar 42º Celcius.

Sedangkan pada siang hari suhu tertingginya mencapai 127º Fahrenheit atau 52º Celcius selama empat hari berturut-turut. Kondisi yang terlalu panas ini bisa menyebakan manusia mengalami dehidrasi dan dapat merusak kendaraan bermotor yang melalui kawasan lembah ini.

Melansir dari U.S. National Park Service, Death Valley berbentuk cekungan panjang dan sempit. Kawasan ini juga dikelilingi pegunungan tinggi serta curam. Ketika matahari bersinar terik, panasnya akan memancar dan terjebak di kawasan lembah ini.

Hal ini ditambah dengan udara kering dan minimnya tanaman, sehingga hawa dan suhu Death Valley menjadi sangat panas serta cenderung kering.

Baca juga: Seberapa Panas Suam-Suam Kuku?

Asal muasal nama Death Valley

Nama Death Valley diberikan oleh para petualang yang hilang di kawasan ini, pada musim dingin tahun 1849 hingga 1850. Mereka berasumsi jika lembah ini telah menjadi kuburan bagi para petualang tersebut.

Saat beberapa petualang diselamatkan oleh William Lewis Manly dan John Rogers, para rombongan tersebut berjalan dan keluar melewati lembah di atas Pegunungan Panamint.

Salah seorang di antaranya menoleh ke belakang dan mengucapkan “Goodbye, Death Valley.” Sehingga sejak saat itu, kawasan ini dikenal sebagai Death Valley atau lembah maut.

Badwater Basin, daratan yang ditutupi garam

Dikutip dari Kids Encyclopedia Facts, Badwater Basin di Death Valley menjadi tempat terendah di Amerika Utara. Lokasinya berada di 86 meter di bawah permukaan air laut. Badwater Basin menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Death Valley, karena keunikannya.

Badwater Basin merupakan area yang sangat luas dan rata. Permukaannya tidak ditutupi oleh tanah, melainkan oleh garam. Dulunya Death Valley tertutup oleh Danau Manly yang sangat besar. Karena adanya perubahan cuaca, danau tersebut mengering dan hanya menyisakan mineral.

Baca juga: Kenapa Pria Tidak Bisa Membedakan Warna Lipstik?

Ketika mineral tersebut mengering, lapisan kerak garam dan mineral lain akan tercipta. Proses ini membutuhkan waktu ribuan tahun untuk menciptakan Badwater Basin di Death Valley.

"Batu bergerak" di Death Valley

Rasetrack Playa menjadi kawasan yang menyimpan banyak misteri di Death Valley. Ditemukan ratusan batu berserakan di dasar danau yang telah mengering ini dan menciptakan jejak ketika bebatuan tersebut bergerak.

Beberapa bebatuan dengan bobot mencapai 700 pon telah menempuh jarak 1.500 kaki atau sekitar 400 meter. Misteri ini selama bertahun-tahun belum bisa terpecahkan. Hingga akhirnya pada 2014, peneliti berhasil menemukan jawabannya.

Para peneliti mengatakan jika angin bisa mendorong bebatuan di atas permukaan licin. Saat Rasetrack Playa terkena banjir dan mengalami musim dingin, secara otomatis airnya akan membeku dan berubah menjadi lapisan es tipis.

Lapisan inilah yang kemudian mencair dan mengubah permukaan tanah menjadi licin, sehingga ketika terkena angin, bebatuan bisa bergerak sejauh beberapa meter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal 5 Bahaya Penyalahgunan Narkoba

Mengenal 5 Bahaya Penyalahgunan Narkoba

Skola
Isi Serat Wulangreh Pupuh Dhandhanggula

Isi Serat Wulangreh Pupuh Dhandhanggula

Skola
30 Contoh Penggunaan Gerund dalam Kalimat Bahasa Inggris

30 Contoh Penggunaan Gerund dalam Kalimat Bahasa Inggris

Skola
Makna Serat Wulangreh Pupuh Pangkur

Makna Serat Wulangreh Pupuh Pangkur

Skola
Jenis-jenis Kelompok Sosial Tidak Teratur

Jenis-jenis Kelompok Sosial Tidak Teratur

Skola
Serat Wulangreh Pupuh Megatruh

Serat Wulangreh Pupuh Megatruh

Skola
Pengertian Paguyuban beserta Jenis dan Contohnya

Pengertian Paguyuban beserta Jenis dan Contohnya

Skola
Fakta dari Serat Wulangreh

Fakta dari Serat Wulangreh

Skola
4 Faktor Pendorong Interaksi Sosial

4 Faktor Pendorong Interaksi Sosial

Skola
8 Nama Ibu Kota Negara Bagian di Australia

8 Nama Ibu Kota Negara Bagian di Australia

Skola
4 Ciri Negara yang Menganut Asas Kedaulatan Rakyat

4 Ciri Negara yang Menganut Asas Kedaulatan Rakyat

Skola
Apa Itu Dampak Afektif, Kognitif, dan Konatif Komunikasi?

Apa Itu Dampak Afektif, Kognitif, dan Konatif Komunikasi?

Skola
Perbedaan Singkatan dan Akronim, Apa Sajakah Itu?

Perbedaan Singkatan dan Akronim, Apa Sajakah Itu?

Skola
7 Ciri-ciri yang Dimiliki Planet Mars

7 Ciri-ciri yang Dimiliki Planet Mars

Skola
Kelangkaan: Pengertian dan Contohnya

Kelangkaan: Pengertian dan Contohnya

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com