KOMPAS.com - Pernahkah kamu mendengar kata absorpsi atau penyerapan? Absorpsi adalah proses diserapnya suatu zat oleh gas lainnya.
Lalu bagaimana dengan absorptivitas? Absorptivitas adalah kemampuan suatu benda untuk menyerap benda lain.
Semakin besar absorptivitas, maka akan semakin cepat benda tersebut menyerap suatu zat. Absorptivitas suatu benda tergantung pada zat yang diserapnya, berikut adalah contoh absorptivitas:
Dilansir dari Science Direct, absorptivitas termal adalah jumlah panas yang menembus zat selama periode waktu ketika suhu dinaikkan dengan cepat.
Pada kain, semakin halus (rata) permukaannya maka semakin besar absorptivitas termalnya sehingga semakin dingin kain tersebut saat dipakai.
Baca juga: Aturan Oktet dalam Kimia
Benda memiliki kemampuan menyerap (absorptivitas) air ataupun kelembaban yang berbeda-beda.
Misalnya tissue dan kain memiliki daya serap yang tinggi. Saat bersentuhan dengan air, tissue dan kain akan langsung menyerap air.
Sementara kayu akan menyerap air dalam waktu yang lama. Beton juga memiliki abosrptivitas yang rendah, beton dapat menyerap air dalam jumlah sedikit dan waktu yang lama.
Material seperti plastik juga menyerap air sampai pada tingkat tertentu, namun sangatlah sedikit dan sulit terlihat.
Absorpsi kimia adalah proses penyerapan yang di dalamnya terjadi reaksi kimia antara zat penyerap dan zat yang diserap.
Misalnya penyerapan suatu atom oleh suatu molekul, penyerapan suatu molekul oleh molekul lainnya, maupun penyerapan suatu senyawa dengan senyawa lainnya yang menyebabkan perubahan dari kedua zat tersebut.
Baca juga: Daftar Rumus Kimia Asam
Dilansir dari Chemguide, absorptivitas molar adalah pembagian konsentrasi zat dan panjang larutan yang dilewati oleh cahaya dengan panjang gelombang tertentu.
Maka dapat disimpulkan bahwa absorptivitas molar adalah ukuran seberapa banyak suatu zat menyerap panjang gelombang cahaya tertentu.
Semakin besar absorptivitas molar suatu zat, maka akan semakin melemahkan cahaya yang melewatinya.
Sebaliknya jika absortivitas suatu zat rendah, maka cahaya bisa melewatinya dengan mudah dan hanya sedikit diserap. Pada tahun 1852 absorptivitas molar diatur dalam hukum Beer-Lambert, yaitu: