Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teluk Belanga dan Kebaya Labuh, Pakaian Adat Kepulauan Riau

Kompas.com - 18/02/2021, 14:30 WIB
Ari Welianto

Penulis

KOMPAS.com - Teluk Belanga merupakan nama pakaian adat pria yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau.

Sementara itu pakaian adat untuk wanita di Kepulauan Riau adalah Kebaya Labuh.

Kedua pakaian adat tersebut merupakan warisan kebudayaan tersebut sering dikenakan pada saat upacara adat atau pernikahan.

Ciri pakaian adat

Ciri khas pakaian adat tersebut, Kebaya Labuh dan Teluk Belangga adalah panjangnya kebaya hingga menutupi lutut dengan bentuk kebaya tampak lebar dan terbuka.

Baca juga: Aesan Gede, Pakaian Tradisional Sumatera Selatan

Dikutip dari situs Pemerintah Kabupaten Natuna, pakaian Teluk Belanga terdiri baju, celana dan kain samping serta penutup kepala.

Leher baju berkerah dan berkancing, jumlah lazimnya lima buah dan itu melambangkan rukun Islam.

Cokek sama dengan baju cekak musang. Biasanya menggunakan kain songket.

Cara memasangnya pun bervariasi, ada yang dilipat sirih didepan dengan bagian kanan sebelah atas. Ada pula yang dipunjut kesamping, tergantung siapa pemakainya.

Pada penutup kepala juga bervariasi, berupa songkok, ikat kepala atau juga tanjak. Tanjak atau ikat kepala dibuat dari jenis kain yang sama dengan baju dan celana.

Pakaian Teluk Belanga hadir dengan warna polos, seperti hitam, abu-abu, atau warna lain yang netral.

Sementara pakaian Kebaya Labuh sering disebut juga kebaya panjang. Di mana belah labuh atau belah dada juga terdiri atau baju kain dan selendang.

Baca juga: Bundo Kanduang, Pakaian Adat Sumatera Barat

Panjang lengan Kebaya Labuh kira-kira dua jari dari pergelangan tangan. Sehingga gelang yang dipakai akan terlihat.

Untuk lebar lengan kira-kira tiga jari dari permukaan lengan. Di mana kedalaman baju bervariasi, ada yang sampai ke betis atau sedikit keatas.

Baju agak longgar dan tidak boleh diraut (dikecilkan) di bagian yang dapat menunjukkan ukuran dan bentuk pinggang serta gaya pinggul.

Kebaya Labuh sering dipadukan dengan kain batik seperti kain cual. Untuk pernikahan, mempelai pria mengenakan penutup kepala yang disebut Tanjak.

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), kaum perempuan Melayu Lingga mempunyai berbagai pakaian Melayu yang kenal dikenal sejak lama.

Kebaya Labuh termasuk pakaian tradisional perempuan Melayu Lingga, Kepulauan Riau.

Baca juga: Keragaman Budaya: Sifat dan Manfaatnya

Kebaya Labuh merupakan pakaian baju yang labuh hingga ke bawah lutut dan berbelah dihadapan sampai ke bawah.

Pada Kebaya labuh memakai kancing yang disemat dengan pin atau keronsang sebagai hiasan.

Pada masa lalu banju Kebaya Labuh di Lingga digunakan juga sebagai pakaian harian perempuan Melayu.

Baju Kebaya dipakai dengan kain batik yang diikat dengan cara lipatan sebelah kanan menutup sebelah kiri.

Dulu sebagian perempuan yang ingin menutup aurat secara sempurna menggunakan tudung lingkup. Tudung lingkup sehelai kain sarung untuk menutup kepala dan dada.

Sekarang baju kebaya labuh dipakai kaum perempuan pada acara tertentu, seperti majelis adat istiadat atau hari raya.

Bagi perempuan, Kebaya Labuh biasanya dipadukan dengan batik dan juga kerudung.

Baca juga: Sikap Teladan dari Ki Hajar Dewantara

Aksesoris pakaian adat

Kedua pakaian tersebut dilengkapi dengan hiasan kepala yang disebut puncak. Puncak adalah penutup kepala yang terbuat dari kain songket persegi berbentuk seperti songkok atau peci.

Bagi orang Melayu, pakaian itu bukan hanya berfungsi untuk menutup malu tetapi juga memiliki nilai sosial, tradisi, dan budaya.

Busana tersebut biasanya terbuat dari kain songket, asti atau sutera. Sekalipun selendang tidak mutlak dipakai, namun jika akan menggunakannya harus disesuaikan dengan warna baju kurung.

Dikutip dari buku Ketahanan Budaya, Pemikiran dan Wacana (2014), untuk menghadiri acara formal, kaum perempuan di Kepulauan Riau memakai perhiasan yang terdiri dari kalung, anting-anting, gelang tangan, cincin yang seluruhnya terbuat dari emas.

Hiasan lainnya adalah bunga goyang atau tusuk konde untuk menghiasi sanggul.

Baca juga: Archipelago Concept di Indonesia

Berbeda dengan busana wanita yang sangat semarak, busana kaum laki-laki terdiri atas baju gunting cina, atau baju pesak sebelah dengan kain sarung atau celana.

Baju kurung leher tulang belut atau cekak musang dengan celana berikut kain samping dari bahan songket yang digunakan menutupi celana sebatas lutut. Busana tersebut juga dilengkapi dengan sebilah keris yang diselipkan di pinggang.

Pakaian adat Kepulauan Riau biasanya memiliki tiga, yakni merah, kuning, hajau. Warna-warna tersebut memilik arti, warna merah berati keberanian, warna hijau artinya kesetiaan, dan warna kuning yang artinya kejayaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com