Pernik-pernik dengan sulaman benang emas tersebut melambangkan tentang kekayaan alam ranah Minang Sumatera Barat yang sangat berlimpah.
Corak dari sulaman tersebut beragama. Ada empat variasi warna pada baju batubue, yakni merah, hitam, biru, dan lembayung.
Di bagian tepi lengan dan leher ada hiasan yang disebut minsie.
Baca juga: Sejarah Grebeg Besar di Demak
Minsie adalah sulaman yang menyimbolkan bahwa seorang perempuan Minang harus taat pada batas-batas suku adat.
Lambang atau sarung merupakan bawahan pelengkap pakaian Bundo Kanduang.
Sarung tersebut ada yang berupa songket, ada juga yang berikat. Sarung dikenakan untuk menutupi bagian bawah tubuh perempuan dengan cara diikat pada pinggang.
Di mana belahannya disusun di depan, samping, atau belakang tergantung adat Nagari (desa) mana yang memakainya.
Kain sarung adalah kain balapak bersulam benang emas, tenunan Pandai Sikat juga. Kain sarung melambangkan bahwa "meletakkan sesuatu pada tempatnya, jika memakan habis-habis dan menyuruk (bersembunyi) hilang-hilang".
Baca juga: Nama Lain Gotong Royong di Berbagai Daerah di Indonesia
Salempang merupakan selendang yang terbuat dari kain songket. Pada perempuan salempang diletakan di pundak.
Salempang menyimbolkan seorang perempuan harus memiliki welas asih pada anak dan cucu, serta harus waspada akan segala kondisi.
Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), salendang merupakan salah satu hasil kerajinan tenun Pandai Sikek.
Kepandaian tersebut didapat secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Tenun Pandai Sikek menghasilkan berbagai jenis songket baik untuk pakaian, kelengkapan upacara maupun sebagai hiasan rumah tangga.
Salendang songket berbentuk empat persegi panjang terbuat dari benang katun warna merah dengan ATBM.
Baca juga: Kewajiban Manusia Terhadap Perubahan Energi
Penggunaan pakaian adat Sumatera Barat untuk perempuan juga dilengkapi dengan beragam aksesoris, dukuah (kalung), galang (gelang), dan cincin.
Untuk Dukuah ada beberapa motif, yaitu kalung perada, daraham, kaban, manik pualam, cekik leher, dan dukuh panyiaram.
Secara filosofis, dukuah melambangkan bahwa seorang perempuan harus selalu mengerjakan segala sesuatu dalam azas lingkaran kebenaran.
Untuk motif galang seperti galang bapahek, kunci maiek, galang rago-rago, galang ula, dan galang basa.
Pemakaian gelang memiliki filosofi bahwa seorang perempuan memiliki batasan-batasan tertentu dalam melakukan aktivitasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.