KOMPAS.com - Mutasi meninggalkan berbagai dampak. Adakah dampak baiknya? Atau hanya dampak buruk saja yang ditimbulkan? Untuk mengetahuinya, simak dampak mutasi berikut ini!
Bayangkan kamu telah menyusun jadwal belajarmu dan bermainmu selama satu minggu dengan seimbang sebelum ujian.
Namun teman-temanmu terus mengajakmu bermain secara tiba-tiba tanpa diluar jadwal yang telah kamu buat.
Perubahan tiba-tiba itu membuat jadwalmu acak-acakan, sehingga kamu tidak bisa belajar dengan baik sebelum ujian. Ini sama halnya dengan mutasi.
Perubahan yang secara tiba-tiba dalam gen membuat kerusakan pada beberapa fungsi tubuh. Mutasi pada gen dapat menyebabkan banyak kelainan genetik yang berakibat kanker atau sindrom tertentu.
Baca juga: Mutasi Virus Corona D614G Lebih Menular, tetapi Mudah Dimatikan Vaksin
Dilansir dari The Tech Interactive milik Department of Genetics, Stanford School of Medicine, mutasi dapat menyebabkan penyakit fibrosis kistik, sickle-cell anemia, Tay-sachs, buta warna, penyakit Huntington dan kelainan genetik lainnya.
Kanker juga adalah salah satu dampak buruk dari mutasi gen, dimana gen p53 mengalami kerusakan. Kerusakan gen ini membuat pembelahan sel secara terus-menerus dan tak terkontrol menyebabkan tumor yang kita sebut sebagai kanker.
Pada jaman dahulu luka kecil dapat menyebabkan infeksi parah. Begitu pula diare yang dapat menyebabkan kematian. Bahkan, luka bekas tindakan medis pun sangat sulit sembuh dan dapat menyebabkan kematian.
Namun berkat antibiotik, sekarang kita memiliki obat yang dapat mencegah infeksi.
Baca juga: Vaksin Covid-19 terhadap Mutasi Cerpelai sedang dalam Uji Coba Awal
Antibiotik adalah salah satu dampak baik dari mutasi pada bakteri. Dilansir dari Science History Institute, antibiotik ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander Fleming.
Berkat penemuannya, Fleming dianugerahi penghargaan Nobel di bidang fisiologi kedokteran satu dekade setelahnya.
Mutasi juga dapat menguntungkan untuk menciptakan variasi tanaman yang bebas hama dan lebih unggul dibandingkan sebelum mutasi.
Hal ini memungkinkan peningkatan produksi pangan secara efektif dengan dana yang lebih sedikit.