Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Permintaan Timbal Balik

Kompas.com - 11/11/2020, 14:50 WIB
Cahya Dicky Pratama,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Teori terkahir yang mendasari perdagangan internasional adalah teori permintaan timbal balik.

Teori permintaan timbal balik (reciprocal demand theory) dicetuskan oleh John Stuart Mill. Teori ini sebenarnya melanjutkan teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo.

Dilansir dari buku Langkah Awal Memahami Hukum Perdagangan Internasional (2019) karya Venatia Sri Hadirianti, dijelaskan bahwa dasar teori ini adalah setiap negara akan memperoleh manfaat dari kegiatan perdagangan internasional.

Sebab setiap negara akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang apabila negara tersebut memiliki keunggulan mutlak. Serta mengimpor barang apabila negara tersebut memiliki kerugian mutlak.

Baca juga: Teori Keunggulan Komparatif

Misalnya Spanyol dan Perancis melakukan perdagangan wool, di Spanyol terjadi surplus wool sedangkan di Perancis terjadi kekurangan wool.

Sebaliknya, Spanyol, dan Perancis melakukan perdagangan gandum, di Spanyol terjadi kekurangan gandum sedangkan di Perancis terjadi surplus gandum.

Teori ini berusaha mencari titik keseimbangan pertukaran antara dua barang yang dilakukan oleh dua negara dengan menentukan dasar tukar dalam negeri (DTDN).

Tujuan teori

Tujuan utama dari teori ini adalah menyeimbangkan antara permintaan dengan penawaran. Sebab, baik permintaan atau penawaran menentukan besarnya barang yang diekspor dan barang yang diimpor.

Baca juga: Teori Keunggulan Mutlak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com