KOMPAS.com - Manusia purba mampu menciptakan pola hunian untuk memenuhi kebutuhan dan bertahan dari keganasan kondisi alam. Pola hunian manusia purba pada masa prasejarah sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi.
Dalam jurnal Pola Zonal Situs-Situs Arkeologi (1995) karya Subroto, manusia purba memilih lokasi pemukiman berdasarkan dua faktor utama, yaitu:
Karakteristik pola hunian manusia purba pada masa berburu dan meramu sangat tergantung dengan kondisi alam. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya pengetahuan mereka mengenai teknologi dan kebudayaan.
Manusia purba pada masa berburu dan meramu memiliki pola hunian yang berpindah-pindah (nomaden). Mereka mulai berpindah ketika sumber daya makanan yang terdapat di wilayah hunian mulai menipis.
Baca juga: Sistem Kepercayaan Manusia Purba masa Praaksara
Selanjutnya mereka mencari wilayah baru yang potensial untuk dijadikan sebagai kawasan pemukiman.
Manusia purba pada masa berburu dan meramu biasanya memanfaatkan bentukan alam seperti gua, lembah sungai dan kawasan karst pantai untuk difungsikan sebagai pemukiman.
Karakter pola hunian manusia purba pada masa food producing tidak terlalu bergantung pada alam. Manusia purba pada masa ini sudah mampu untuk menciptakan teknologi dan kebudayaan pertanian sederhana untuk menghasilkan bahan makanan secara mandiri.
Manusia purba pada masa food producing memiliki pola hunian yang menetap. Pada masa food producing, manusia purba sudah mampu membuat sistem irigasi untuk pertanian dalam tingkatan yang sederhana.
Baca juga: Sangiran, Tempat Penemuan Banyak Fosil Manusia Purba Indonesia