KOMPAS.com - Kain batik merupakan busana dengan cita rasa seni disetiap sudutnya. Kain batik menjadi identitas busana daerah, bahkan setiap motifnya tersimpan arti dan sejarahnya.
Pada program Belajar dari Rumah yang ditayangkan TVRI pada Senin, 4 Mei 2020 untuk SMP atau MTS dan sederajat membahas mengenai kain batik.
Sesungguhnya batik bukan sekadar selembar kain unik yang diberi motif, busana ini ini menyimpan filosofi tentang ketekunan, kegigihan, serta kebanggaan.
Batik berasal dari dua kata yaitu ambo dan titik. Satu pola yang indah yang bisa menjadikan sebuah gambar yang bisa menceritakan keindahan alam, keindahan sekitar yang dituangkan di batik.
Sebagai orang Jawa, budaya kita harus bisa membatik, jadi kita tidak bisa meninggalkan budaya batik karena peninggalan leluhur.
Baca juga: Upaya untuk Melestarikan Batik Nusantara agar Bersaing di Era Globalisasi
Sejarah batik di Indonesia begitu panjang. Awalnya tradisi membatik merupakan tradisi di Keraton. Karena itu motif batik Keraton penuh filosofi kehidupan.
Dari Keraton busana adiluhung itu melebar ke lingkungan sekitar atau keluarga ningrat. Abdi dalem Keraton yang kemudian membawa tradisi batik benar-benar keluar dari lingkungan Keraton.
Berdasarkan budayawan Keraton Kasunan Surakarta, Kanjeng Pangeran Winarnokusumo, batik sudah ada sebelum Keraton Surakarta. Kain batik sudah ada turun temurun Majapahit, Demak, Pajang, hingga Surakarta.
Berikut beberapa corak-corak kain batik:
Zaman Panembahan Senopati atau Sutowijoyo, dibuat corak batik yang bernama Parang Kusumo. Parang Kusumo itu coraknya miring dan ada falsafahnya. Dipakai khusus untuk keluarga raja atau bangsawan, tidak sembarangan orang bisa memakai motif Parang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.