Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Hidup di Mars, Mungkinkah?

Kompas.com - 02/05/2020, 16:00 WIB
Arum Sutrisni Putri

Penulis

KOMPAS.com - Manusia hidup di planet Mars, mungkinkah? Untuk melihat kemungkinan manusia tinggal di planet Mars, penting untuk mengetahui fakta planet Mars terlebih dahulu.

Fakta planet Mars

Mengutip National Geographic Kids, nama Mars berasal dari Dewa Perang Romawi. Mars adalah planet keempat dari matahari dalam tata surya.

Mars disebut juga planet Merah karena memang berwarna merah. Warna khas ini berasal dari sejumlah besar bahan kimia yang disebut iron oxide (karat) yang terkandung dalam bebatuan dan tanahnya.

Mars adalah planet terkecil kedua di tata surya setelah Merkurius. Diameter Mars sekitar 6.791 kilometer atau setengah ukuran Bumi. Mars mempunyai dua satelit yaitu Phobos dan Deimos.

Baca juga: Letusan Gunung Berapi

Sehari di Mars sama dengan 24 jam 37 menit, sedikit lebih lama dari Bumi. Tetapi setahun di Mars dua kali dari Bumi yaitu 678 hari. Karena Mars butuh waktu lebih lama untuk mengorbit mengelilingi matahari.

Cuaca di Mars bisa sangat dingin bahkan melebihi planet Bumi, karena lebih jauh dari Matahari. Di ekuator (khatulistiwa), suhu bisa mencapai 20 derajat Celcius. Tetapi di kutub Mars, suhu bisa turun drastis hingga titik terendah sekitar -140 derajat Celcius.

Di Mars, terdapat gunung berapi terbesar se-tata surya, yaitu Olympus Mons, menjulang tinggi sekitar 24 kilometer.

Ngarai terbesar di tata surya juga ada di Mars, yaitu Valles Marineris. Ngarai ini sangat luas sehingga bila diihat dari satu sisi, tepi yang lain berada di bawah garis lengkung horizon.

Baca juga: Mungkinkah Buang Sampah ke Gunung Berapi?

Matahari tenggelam di Mars tidak berwarna merah atau oranye seperti di bumi, melainkan berwarna biru. Asal warna ini dari debu yang menyerap sebagian besar cahaya biru dan akibat uraian sinar matahari oleh atmosfer.

Gravitasi planet Mars lebih lemah dari gravitasi Bumi. Kamu bahkan bisa meloncat tiga kali lebih tinggi di Mars daripada di Bumi.

Para ilmuwan cukup yakin bahwa Mars dulunya memiliki lautan, danau dan sungai di seluruh permukaan planet. Tetapi seriring waktu, hampir semuanya membeku di bawah permukaan atau menguap ke luar angkasa.

Tetapi pada 2018, para ilmuwan menemukan bukti keberadaan danau yang terperangkap di bawah permukaan topi es (ice caps) kutub selatan planet Mars.

Baca juga: Proses Meletusnya Gunung Berapi

Mars berupa gurun pasir raksasa yang berdebu, mirip gurun di planet Bumi. Bukit pasir Mars terbentuk dan punya karakter mirip bukit pasir di Bumi, tetapi dua kali lebih besar akibat gaya gravitasi di Mars yang sepertiga kali dari gravitasi Bumi.

Mars memiliki beberapa hal yang tidak ada di Bumi. Seperti ter (tars), yaitu bukit pasir tanpa puncak (tak berombak) setinggi hingga lima belas meter. Sehingga, badai pasir menjadi ancaman cuaca utama di planet Merah.

Badai pasir berperan besar membuat Mars menjadi merah karena menyebarkan partikel besi berkarat (iron oxide) di permukaan planet dan udara. Akibat gravitasi rendah dan kurangnya kelembaban, badai debu bisa berlangsung berbulan-bulan dan menutupi planet Mars.

Baca juga: Mengapa Unta Mudah Berjalan di Pasir?

Jadi, dengan kondisi lingkungan planet seperti itu, mungkinkah manusia hidup di planet Mars?

Umat manusia memang belum pernah menginjakkan kaki di planet Mars, tetapi para ilmuwan telah mengirimkan wahana antariksa untuk meneliti planet merah ini. Pesawat ruang angkasa pertama yang mendarat di permukaan Mars adalah Viking Landers pada 1976.

Jika kamu berencana tinggal di planet Mars, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu toleransi tinggi terhadap dingin dan radiasi, pasokan udara, air dan makanan seumur hidup, dan tentu saja, pesawat ruang angkasa jutaan dolar!

Wahana antariksa Viking Landers 1976.Natgeokids Wahana antariksa Viking Landers 1976.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com