Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siasat Seni dan Industri Kreatif Menghadapi Pandemi Episode 1

Kompas.com - 25/04/2020, 11:00 WIB
Arum Sutrisni Putri

Penulis

Banyak pameran dibatalkan atau ditunda, ini jelas bencana. Tetapi yang menarik di taraf individu seni rupa, situasi seperti ini (social distancing) justru memberikan peluang bagi perupa untuk bekerja, mereka punya pola pikir dan strategi untuk melakukan sesuatu yang beda. Ini menjadi satu momentum yang bagus.

Sempat ada pembicaraan tentang bagaimana perubahan sikap perupa terhadap medium digital, tapi masih sebatas mereka memotret dan mengkatalogkan di dunia maya. Tapi banyak juga yang memanfaatkan platform digital dengan berbagai kekungkinannya menjadi media eksplorasi.

Seniman milenial atau muda mulai merespon digital menjadi ranah produksi yang baru. Tetapi seniman medium seni murni yang tradisional seperti lukis atau platform masih sebatas menggunakan media digital untuk kepentingan publikasi dan promosi.

Kurator independen, Enin Supriyanto, mengatakan selama ini dalam dunia seni rupa, orang terbiasa tersedia tempat berinteraksi langsung secara fisik antara orang dengan karya, pandemi ini membuat terpukul.

Membutuhkan perubahan paradigma dan pola pikir para seniman ke dunia virtual. Harus dipikirkan upaya-upaya industri kreatif untuk membangun ekosistem untuk memfasilitasi seniman. Bila model produksinya bisa dibuat, harus dipikirkan pola platform distribusi dan transaksi ekonomi yang memadai.

Saya yakin banyak seniman muda yang berbasis media-media baru masih bisa. Tetapi bagi mereka berkarya secara konvensional seperti gambar, patung, dan lukisan, sulit membayangkan pengalaman lansung bertemu dengan karya digantikan secara virtual.

Dengan teknologi digital mungkin akan muncul peluang dan estetika baru sebagai akibat social distancing. Beberapa orang mengadakan workshop atau kelas online menggambar atau melukis. Tapi bisakah dijadikan kegiatan ekonomi karena dalam kondisi darurat hanya menjadi kegiatan berbagi. Bila dilakukan secara berbayar, bisakah seniman mendapat penghasilan.

Pasar seni rupa adalah pertemuan pembeli dan penjual. Adanya pandemi yang berakibat social distancing, membuat pasar terganggu karena tidak bisa lelang. Lelang sebagai mekanisme utama pasar, mungkin bisa dilakukan pada karya-karya dari seniman terkenal tetapi belum tentu berlaku bagi seniman muda.

Adanya pandemi, diharapkan mendorong seniman-seniman mulai masuk dalam mode berkarya dan berpikir sepenuhnya mengandalkan produksi sirkulasi dan distribusi berbentuk digital. tapi membutuhkan perubahan ekosistem cukup lama karena terkait perubahan sikap kolektor. Meski transformasi ini sudah terjadi di musik dan film, tapi di seni rupa belum ada bisnis model contoh yang terjadi.

Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi), Edwin Nazir menjelaskan kondisi ekonomi dua bulan pertama 2020 bagus tetapi di tengah pandemi bioskop stop semua. Yang terdampak paling besar adalah pelakunya, sekitar 1.500 orang pekerja lepas tidak bisa kerja, 10 film ditunda tayang di bioskop, bioskop tutup, rumah produksi tidak bisa beroperasi (cuman pra dan pasca produksi).

Akan tetapi angka industri film digital naik sejak Februari. Positifnya budaya nonton tetap terjaga dan meningkat tapi ini sesaat. Meski produksi konten pasti terhambat dengan social distancing tetapi peningkatan penonton digital besar sekali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com