Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Air Kelapa Bisa Jadi Penawar Racun?

Kompas.com - 18/04/2020, 13:30 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Air kelapa menjadi salah satu minuman yang memiliki banyak penggemar. Terlebih untuk menghilangkan rasa dahaga.

Kelapa mengandung potasium yang tinggi dan termasuk buah dengan rendah kalori, bebas lemak, dan kolesterol.

Dilansir dari Halodoc, karbohidrat yang terkandung dalam air kelapa mudah dicerna dalam bentuk gula dan elektrolit.

Hal ini membuat air kelapa dianggap sebagai sumber elektrolit yang baik.

Kandungan elektrolit di dalam kelapa sering dugunakan untuk menccegah maupun menangani dehidrasi.

Benarkah air kelapa bisa mengobati keracunan makanan?

Gejala yang ditimbulkan akibat keracunan makanan cukup beragam, mulai dari sakit kepala, diare, muntah, dan lainnya.

Baca juga: Perkembangan Teknologi Transportasi

Gejala-gejala tersebut menimbulkan dehidrasi yang cukup parah. Untuk mencegah terhadinya dehidrasi, seseorang yang mengalami keracunan makanan harus minum air putih.

Hal tersebut untuk mengembalikan cairan tubuh tetap normal. Namun, air putih ternyata tidak cukup untuk mengembalikan elektrolit yang hilang karena diare maupun muntah.

Sehingga air kelapa sering dicari untuk menangani masalah kurangnya elektrolit akibat keracunan makanan.

Kandungan elektrolit di dalam air kelapa mampu mengembalikan jumlah elektrolit yang hilang.

Air kelapa mengandung sejumlah zat yang membantu proses detoksifikasi dalam saluran pencernaan yang terpapar racun dari makanan.

Aturan mengonsumsi

Saat keracunan makanan, sebaiknya mengonsumsi dua gelas air kelapa saja.

Namun lebih baik mendapatkan perawatan selain minum air kelapa, karena air kelapa hanya bersifat meringankan gejala keracunan dan tidak bisa menyembuhkan secara total.

Seseorang yang keracunan makanan tidak kunjung membaik atau kondisinya memburuk jika tidak dibarengi dengan perawatan yang lain.

Selain dapat mengobati keracunan dan menyegarkan ketika di konsumsi, namun tidak baik jika dikonsumsi berlebihan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com