KOMPAS.com - Magnet banyak digunakan dalam berbagai produk teknologi, salah satunya pada peralatan kedokteran.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menjadi salah satu alat kedokteran yang sampai saat ini dianggap paling aman untuk mendeteksi penyakit.
Dilansir dalam buku Magnetic Venture: The Story of Oxford Instruments (2001) karya Audrey Wood, MRI menggunakan prinsip kemagnetan untuk mencitrakan kondisi kesehatan tulang atau organ tubuh dalam manusia tanpa melalui pembedahan.
Berikut beberapa alat yang memanfaatkan magnet:
Orang yang akan dicek kesehatannya dimasukkan ke dalam medan magnet yang memiliki 5.000 kali lipat lebih kuat dari medan magnet bumi.
Medan magnet sebesar ini mengakibatkan nukleon tubuh berputar dan berbaris sejajar menjadi jarum kompas.
Baca juga: Teori Dasar Kemagnetan: Sifat dan Medan Magnet
Nukleon tersebut kemudian ditembak dengan gelombang radio untuk menginduksi arahnya.
Saat arahnya sejajar, nukleon tersebut akan memancarkan gelombang radio yang akhirnya diterima komputer sebagai pencintraan kondisi dalam tubuh.
Teknik tersebut jauh lebih aman dibanding dengan Roentgen atau sinar X.
Lebih dari sekedar mendeteksi ada tidaknya penyakit seperti tumor, MRI dapat digunakan untuk merekam pikiran manusia.
Misalnya, untuk merekam bagian otak yang menanggapi rangsang panas atau dingin.
Selain itu, MRI juga dapat digunakan untuk melakukan deteksi dini terhadap gejala epilepsi.\
Baca juga: Hukum Kepler dalam Gerak Tata Surya
Maglev (magnetically levitated) atau kereta api levitasi magnetik adalah jenis kereta api yang mengambang secara magnetik.
Dijalankan kurang lebih 10 milimeter di atas relnya. Meskipun rel dan kereta tidak menempel, kereta maglev yang super cepat yakni mampu melaju hingga 650 kilometer per jam dan tidak akan terjatuh dan tergelincir.
Hal ini disebabkan kereta maglev menerapkan prinsip gaya tolak menolak magnet serta didorong dengan menggunakan motor induksi.
Kereta maglev telah menjadi alat transportasi masal di beberapa negara maju seperti Jepang, Amerika, China, dan beberapa negara Eropa.
Di Jepang, kereta ini cukup terkenal dengan nama Shinkansen yang menghubungkan kota Tokyo, Nagoya, dan Osaka.
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) merupakan pembangkit listrik yang menggunakan energi nuklir.
Baca juga: Mengenal Anggota Tata Surya, dari yang Terbesar sampai yang Terkecil
Kerja pembangkit listrik konvensional, misalnya pembangkit listrik dengan menggunakan batubara, air dipanaskan menggunakan bahan bakar batubara hingga menguap.
Uap yang dihasilkan akan digunakan untuk menggerakkan turbin yang selanjutnya digunakan untuk menggerakkan generator.
Cara ini, selain dapat mengurangi jumlah sumber daya alam yang tak terbaharui juga dapat mencemari lingkungan akibat pembakaran yang menghasilkan asap karbon, sulfur, dan nitrogen.
Pada PLTN, panas diperoleh dari reaksi pemecahan inti atom (fisi) dalam suatu reaktor nuklir.
Panas yang dihasilkan mampu mencapai 1,5 juta derajat celcius, hingga tidak ada satupun bahan di bumi yang mampu menahan energi panasnya.
Agar partikel panas tersebut tidak menyebar ke lingkungan, digunakan botol magnet dengan medan magnet yang sangat besar.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan