KOMPAS.com - Meski Perang Dunia II selesai pada 1945, konflik antarnegara tak berhenti di situ.
Setelah Perang Dunia, di tahun 1950-an, dunia memasuki era Perang Dingin.
Perang Dingin adalah persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet memperebutkan pengaruh negara-negara lain.
Namun, tak seperti dua perang dunia, Perang Dingin tak melibatkan serangan militer.
Keduanya bersaing dalam politik, ekonomi, dan propaganda. Bagaimana awalnya kedua negara yang bersekutu ini bisa bersaing?
Baca juga: Perang Asia Timur Raya: Latar Belakang dan Posisi Jepang
Dikutip dari Encyclopaedia Britannica (2015), sejumlah teori meyakini Perang Dingin dipicu langkah yang diambil Amerika Serikat dan Uni Soviet menjelang berakhirnya Perang Dunia II.
Lewat Tentara Merah-nya, Uni Soviet membebaskan negara-negara Eropa Timur dari pendudukan pasukan Nazi Jerman.
Namun usai membebaskan, Uni Soviet berusaha menancapkan pengaruh komunismenya di negara-negara itu.
Langkah Uni Soviet mengkhawatirkan sekutu dekat Amerika Serikat, Inggris. Kedua negara barat itu khawatir pengaruh komunisme Uni Soviet bakal mengganggu demokrasi yang ditegakkan di Eropa Barat.
Uni Soviet memang berusaha menyebarkan ideologi komunismenya ke seluruh dunia.
Di Eropa Timur dan Eropa Tengah, Uni Soviet juga menguasai negara-negara bekas jajahan Jerman untuk menjaga potensi dari ancaman Jerman.
Baca juga: Latar Belakang dan Penyebab Perang Dunia I
Langkah Uni Soviet direspons AS dan Inggris dengan membuat Blok Barat untuk menyaingi Uni Soviet dan Blok Timur-nya.
Blok Barat dikenal dengan nama North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Sementara Uni Soviet punya Pakta Warsawa yang menyatukan Uni Soviet dengan Albania, Bulgaria, Cekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, dan Rumania.
Persaingan Perang Dingin menguat di tahun 1947. Saat itu, AS meluncurkan Marshall Plan atau Rencana Marshall.
Marshall Plan adalah bantuan AS kepada negara-negara yang berada di bawah pengaruhnya.
Bantuan itu agar negara-negara di Eropa bisa membangun kembali negaranya setelah Perang Dunia II.
Hingga akhir Perang Dingin, Amerika Serikat dan sekutunya unggul di bidang ekonomi.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: AS Bangun Kembali Eropa Lewat Marshall Plan
Di bidang teknologi, kedua negara bersaing menciptakan teknologi nuklir. AS adalah negara pertama yang menggunakan senjata nuklir.
Di Perang Dunia II, senjata nuklir AS melumpuhkan Jepang dan mengakhiri perang. Penciptaan senjata nuklir ini dikenal dengan Manhattan Project.
Mengetahui hal ini, Uni Soviet pun berlomba untuk menciptakan nuklir.
Kedua negara itu juga membantu negara-negara berkembang untuk mengembangkan nuklir, namun untuk kepentingan energi.
Selain teknologi nuklir, Perang Dingin juga terkenal karena Perlombaan Antariksa. Kedua negara bersaing dalam misi luar angkasa.
Uni Soviet meluncurkan Sputnik 1 pada 4 Oktober 1957, satelit pertama yang mengorbit bumi.
Baca juga: Kisah Sputnik 1, Satelit Pertama Dunia yang Meluncur ke Angkasa
Kemudian pada 12 April 1961, Uni Soviet berhasil menerbangkan astronotnya, Yuri Gagarin. Gagarin menjadi manusia pertama yang sampai ke luar angksa.
Namun AS duluan yang sukses mendarat di bulan. Roket AS Apollo 11 mendarat di bulan pada 11 Juli 1969.
Neil Armstrong, Michael Collins, dan Buzz Aldrin adalah orang pertama yang mendarat di bulan.
Bangkitnya perekonomian negara berkembang dan kemajuan teknologi memang menjadi dampak positif Perang Dingin.
Namun Perang Dingin meninggalkan jauh lebih banyak dampak negatif.
Meski AS dan Uni Soviet tak pernah berperang secara terbuka, namun kedua negara adidaya itu mendukung perang yang membelah bangsa.
Baca juga: Mungkinkah Unifikasi Kedua Korea Menjadi Kenyataan?
Di Jerman, Perang Dingin memisahkan Jerman Barat dengan Jerman Timur. Hal yang sama terjadi di Vietnam yang terpisah antara Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan.
Begitu pula Korea yang hingga hari ini terbelah menjadi Korea Utara dengan Korea Selatan.
Amerika Serikat juga berusaha menggulikan pemerintahan kiri seperti Guatemala, Kuba, Dominika, dan Grenada.
Perang Dingin baru berakhir pada 1980-an, ketuka Uni Soviet dipimpin Mikhail Gorbachev.
Ia menghapuskan sistem diktator dan menumbuhkan demokrasi. Rezim komunis pun runtuh dan bangkrut pada tahun 1989-1990.
Perang Dingin berakhir seiring dengan bubarnya Uni Soviet pada 1991.
Baca juga: Kisah Indonesia dan Uni Soviet, dari KRI Irian 201 hingga Gelora Bung Karno
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.