Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenis-jenis Inflasi yang Bisa Terjadi

Kompas.com - 03/02/2020, 08:00 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Inflasi yang terjadi di sebuah negara memicu krisis ekonomi. Banyak negara yang menghindari atau menekan laju pertumbuhan inflasi.

Dilansir dari situs resmi Bank Indonesia, inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Dikatakan inflasi jika kenaikan harga barang tidak hanya satu atau dua saja melainkan keseluruhan dan memengaruhi kenikan harga barang lainnya.

Berdasarkan jenisnya, inflasi terbagi menjadi tiga, yaitu:

Inflasi berdasarkan sifatnya

Berdasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi empat kategori utama, yakni:

  • Inflasi rendah (creeping inflation)

Inflasi yang besarnya kurang dari 10 persen per tahun. Inflasi dibutuhkan dalam ekonomi karena akan mendorong produsen untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa.

Baca juga: BI: Hujan Pengaruhi Harga Komoditas Penyumbang Inflasi

  • Inflasi menengah (galloping inflation)

Inflasi yang besarnya antara 10-30 persen per tahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi dua digit, misalnya 15 persen, 20 persen, dan 30 persen.

  • Inflasi berat (high inflation)

Inflasi berat merupakan inflasi yang besarnya antara 30-100 persen per tahun. Misalnya inflasi yang terjadi pada pertengahan dekade 1960-an yang mencapai 600 persen di Indonesia.

  • Inflasi sangat tinggi (hyperinflation)

Inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai empat digit atau diatas 100 persen.

Pada kondisi tersebut, masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang karena nilainya sangat turun. Sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

Inflasi berdasarkan sebabnya

Inflasi berdasarkan sebabnya terbagi menjadi dua, yakni:

  • Demand pull inflation

Inflasi ini terjadi sebagai akibat permintaan yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah penawaran produksi.

Sesuai dengan hukum permintaan, jika permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Jika hal tersebut berlangsung lama akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan.

Sehingga untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.

Baca juga: Januari 2020, BI Prediksi Inflasi Hanya 0,41 Persen

  • Cost push inflation

Inflasi disebabkan karena kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya faktor produksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kisah Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam di Jawa

Kisah Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam di Jawa

Skola
Kisah Sunan Kudus dalam Menyebarkan Agama Islam di Jawa

Kisah Sunan Kudus dalam Menyebarkan Agama Islam di Jawa

Skola
Bagaimana Cara Hewan Berkomunikasi?

Bagaimana Cara Hewan Berkomunikasi?

Skola
Bagaimana Pengertian Sejarah sebagai Kisah?

Bagaimana Pengertian Sejarah sebagai Kisah?

Skola
Perkembangan Ilmu Ekonomi pada Masa Aristoteles

Perkembangan Ilmu Ekonomi pada Masa Aristoteles

Skola
Bagaimana Ciri-ciri Teks Laporan Investigasi?

Bagaimana Ciri-ciri Teks Laporan Investigasi?

Skola
30 Watake Wong dalam Bahasa Jawa

30 Watake Wong dalam Bahasa Jawa

Skola
Tembung Wilangan Saperangan Bahasa Jawa

Tembung Wilangan Saperangan Bahasa Jawa

Skola
6 Silah-silahing Ukara Bahasa Jawa

6 Silah-silahing Ukara Bahasa Jawa

Skola
10 Silah-silahing Tembung Bahasa Jawa

10 Silah-silahing Tembung Bahasa Jawa

Skola
Tembung Padha Tegese Bahasa Jawa

Tembung Padha Tegese Bahasa Jawa

Skola
Perbedaan Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis

Perbedaan Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis

Skola
Tembung Yogaswara: Pengertian, Contoh

Tembung Yogaswara: Pengertian, Contoh

Skola
40 Prepositions dalam Bahasa Inggris beserta Artinya

40 Prepositions dalam Bahasa Inggris beserta Artinya

Skola
70 Irregular Verbs beserta Artinya

70 Irregular Verbs beserta Artinya

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com