Pengerjaan dilanjutkan lagi pada 1969 hingga 1975 dengan menambah diaroma di museum sejarah. Secara resmi Monas diresmikan dan dibukan untuk umum pada 12 Juli 1975 oleh Presiden Soeharto.
Pendanaan proyek Monas tidak hanya dari pemerintah, tapi juga bantuan dari sejumlah pihak.
Harian Kompas pada 17 April 2019 menulis, jika pemerintah memberlakukan sumbangan wajib dari pengusaha-pengusaha bioskop se-tanah air.
Sepanjang November 1961 hingga Januari 1962 tercatat ada 15 bioskop yang menyumbang Rp 49.193.200,01. Rekapitulasi tahun 1972, total biaya pembangunan Monas mencapai sekitar Rp 358 juta.
Emas yang berada di puncak Monas merupakan bantuan dari pengusaha asal Aceh, yakni Teuku Markam. Ia, menyumbangkan emas sekitar 28 kilogram dari sekitar 38 kilogram.
Teuku Markam merupakan salah satu pengusaha yang dekat dengan Soekarno. Emas sumbangannya itu kemudian dilebur dan dipakai untuk melapisi lidah api yang ujung emas.
Lidah api itu dianggap sebagai perwujudan kepribadian bangsa Indonesia yang dinamis, bergerak, dan berkorban.
Ada juga bantuan dari sejumlah negara, yakni Jepang, Jerman Barat, Italia, dan Perancis.
Di tengah pembangunannya, Indonesia menderita hiperinflasi ratusan persen. Kondisi ini berujung diperlakukan pemangkasan tiga angka nol rupiah atau sanering pada 1965.
Harian Kompas yang terbit 21 November 1966 mengabarkan, Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI) Kotamadya Surabaya merilis pernyataan "usul" ke pemerintah untuk menurunkan emas yang melapisis lidah api Monas.
Mereka minta emas Monas diturunkan dan diuangkan untuk dapat dipergunakan bagi hal-hal yang bersifat produktif.
Pernyataan itu dilatar belakangi jika Indonesia sedang tercekik utang luar negeri yang parah dan ekonomi perlu dibenahi.
Baca juga: Yang Belum Terungkap dari Ledakan di Monas...
Pada 12 Juli 1975, Monas akhirnya diresmikan oleh Presiden Soeharto dan dibuka untuk umum.
Tugu monas didesain dengan memadukan konsep Lingga dan Yoni yang berasal dari Sansekerta.
Lingga digambarkan dengan tugu obelisk yang menjulang tinggi dan adanya lidah api yang dilapisi emas. Itu diartikan perjuangan yang terus menerus.