KOMPAS.com - Di belahan dunia dengan iklim tropis pasti mengalami hujan zenithal dalam dua kali setiap tahun.
Sebenarnya apa itu hujan zenithal, apa ciri-ciri, bagaimana proses dan apa manfaatnya?
Dalam American Meteorological Society, dijelaskan di wilayah tropis atau subtropis, hujan zenithal terjadi secara berulang setiap tahun atau setengah tahunan pada waktu matahari hampir di atas kepala.
Waktu matahari hampir di atas kepala disebut zenith yang artinya di puncak. Itu sebabnya jenis hujan ini disebut hujan zenithal.
Baca juga: Kapan Puncak Musim Hujan akan Terjadi?
Dalam The Facts on File Weather and Climate Handbook (2002) karya Michael Allaby juga dijelaskan pengertian hujan zenithal.
Hujan zenithal adalah hujan yang jatuh di daerah tropis atau subtropis tiap tahun atau setengah tahun selama musim panas ketika matahari berada di puncak kepala.
Hujan zenithal adalah hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator.
Sehingga semua tempat di daerah tropis mengalami hujan zenithal dua kali dalam satu tahun.
Daerah tropis yang dimaksud berada di antara 23,5 derajat Lintang Utara - 23,5 derajat Lintang Selatan.
Hujan zenithal juga bisa disebut hujan hujan ekuatorial, hujan konveksi, atau hujan naik tropis.
Baca juga: Musim Hujan, Pendakian Gunung Rinjani Ditutup hingga Maret 2020
Hujan zenithal memiliki karakteristik tersendiri yang tidak sama dengan jenis hujan lain.
Berikut ini ciri-ciri hujan zenithal:
Baca juga: 7 Tips Terhindar dari Sakit Kala Musim Hujan
Hujan zenithal terjadi akibat pertemuan antara angin pasat timur laut dengan angin pasat tenggara.
Akibat pemanasan tinggi, massa udara yang banyak mengandung uap air tersebut naik secara vertikal.
Massa udara tersebut terus mengalami penurunan suhu kemudian terjadi pengembunan (kondensasi).