Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thailand, Negara ASEAN yang Tidak Pernah Dijajah

Kompas.com - 18/12/2019, 13:00 WIB
Serafica Gischa ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Thailand menjadi salah satu negara Asia Tenggara yang turut membentuk Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations) pada tanggal 8 Agustus 1967.

Deklarasi ASEAN terbentuk di Bangkok yang ditandai dengan penandatanganan ASEAN Declaration atau Bangkok Declaration.

Geografi dan demografi

Diambil dari buku Amazing Thailand (2013) karya John G, Thailand menjadi salah satu tujuan wisata favorit wisatawan baik dari Indonesia maupun negara lainnya.

Berbentuk Monarki Konstitusional, Kerajaan Thailand berada di tengah-tengah semenanjung Indo-China. Ibu kota Kerajaan Thailand adalah Bangkok, yang terletak di bagian tengah.

Di bagian utara, Thailand berbatasan dengan Myanmar dan Laos. Sedangkan di bagian selatan berbatasan dengan Malaysia.

Baca juga: Sejarah Berdirinya ASEAN, dari Peradaban Kuno hingga Perang Dingin

Kemudian di bagian timur berbatasan dengan Laos dan Kamboja. Di bagian baratnya, Thailand berbatasan dengan wilayah selatan dari Myanmar.

Thailand memiliki luas 513.120 kilometer persegi dan menjadi negara terluas ke-51 di dunia. Secara geografis, Thailand memiliki kontur wilayah yang berbeda.

Di utara merupakan pegunungan dengan puncak tertinggi di Doi Inthanon 2.576 meter. Di sisi timur laut terdapat dataran tinggi Khorat, yang berbatasan dengan Sungai Mekong.

Thailand menempati zona waktu yang sama dengan wilayah Indonesia barat, yaitu GMT+7.

Penduduk Thailand berjumlah sekitar 65 juta orang dengan komposisi, etnis Thai 75 persen, etnis keturunan China 14 persen, etnis Melayu 3 persen, dan sisanya dari suku minoritas seperti Mons, Khmer, dan lainnya.

Mayoritas agama di Thailand adalah Buddha sekitar 94,6 persen. Menyusul agama Islam sebanyak 4,6 persen dan sisanya Nasrani, Hindu, dan Sikh.

Baca juga: Pengaruh Letak Astronomis ASEAN

Tak pernah dijajah

Dari buku History of Each Country around the World (2018) karya Nam H Nguyen kerajaan Thailand sebelumnya dikenal sebagai Siam sampai tahun 1939.

Thailand menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang tidak dijajah atau diambil alih oleh bangsa Eropa.

Di abad ke-19, Kerajaan Siam sadar bahwa negaranya berada di posisi yang sulit karena berada di antara negara jajahan Perancis dan jajahan Inggris.

Akhirnya raja Siam Rama V berhasil melaklukan diplomasi dengan pihak Perancis dan Inggris.

Raja Siam Rama V berhasil mengadopsi teknologi dan kebiasaan Eropa untuk melindungi kekuasaan Thailand.

Hal itu membuat Thailand terkenal sebagai pemerintahan yang sudah terbuka dengan negara-negara asing.

Baca juga: Letak Geografis dan Batas Wilayah ASEAN

Selain itu, Thailand tidak memiliki tanah yang begitu subur seperti negara-negara Asia Tenggara yang lain.

Sehingga negara lain tidak tertarik untuk menjajahnya dan menganggap tidak ada hasil bumi yang bisa diambil oleh penjajah.

Gajah Thailand menjadi hewan nasional di Thailand.shutterstock.com Gajah Thailand menjadi hewan nasional di Thailand.

Gajah sebagai simbol negara

Dilansir dari kompas.com negara Thailand memiliki julukanNegeri Gajah Putih. Hal ini karena gajah putih merupakan hewan nasional Thailand. Dalam bahasa Thailand, gajah disebut Chang.

Masyarakat Thailand sangat mengagumi kekuatan, daya tahan, dan umur panjang yang dimiliki gajah.

Sementara itu, gajah putih diambil sebagai simbol negara. Menurut tradisi Buddha, pada malam kelahiran Sang Budhha, ibunya mimpi diberi bunga teratai oleh seekor gajah putih.

Dari tradisi tersebut, gajah putih menjadi sangat dihormati. Semakin kesini, populasi gajah putih ternyata semakin langka, sehingga mereka hanya digunakan untuk tugas negara saja.

Sejak tahun 1500-an, masyarakat Thailand menggunakan gajah sebagai kendaraan perang melawan Burma, Melayu, dan Khmer untuk melindungi kerajaan.

Tidak hanya dalam perang, kekuatan gajah juga diperbantukan untuk mengangkut kayu jati dari penebangan.

Gajah mulai dilatih sejak usia 10 tahun dan bisa bekerja atau dimanfaatkan hingga usia 60 tahun.

Peraturan di Thailand

Sebagai seorang wisatawan tentu kita harus turut mengikuti peraturan yang ditetapkan di Kerajaan Thailand.

Hal ini tentu untuk membuat masa liburan kita nmenjadi lebih nyaman. Berikut beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan ketika berkunjung ke Thailand.

  • Tidak menyentuh kepala orang

Meski sudah kenal dekat dengan orang Thailand, sebaiknya tidak menyentuh kepalanya. Baik itu anak kecil maupun orang dewasa.

Budaya Thailand menganggap kepala adalah bagian tubuh paling suci dan bersih. Sehingga jika ada yang menyentuh kepalanya, akan dianggap tidak menghargai.

  • Gunakan kaki hanya untuk berjalan

Jangan dengan sengaja menendang atau pura-pura menendang patung Buddha atau kuil. Terlebih untuk kebutuhan foto.

Di Thailand juga dilarang menghadapkan kaki ke kuil, gambar Buddha atau biksu.

  • Tidak boleh menyentuh biksu

Biksu adalah seseorang yang paling dihormati di Thailand. Seorang perempuan dilarang keras untuk menyentuh seorang biarawan karena mereka tidak boleh bersentuhan dengan perempuan.

Biasanya seorang biarawan yang ingin memberikan suatu barang kepada perempuan, tidak akan diberikan secara langsung. Melainkan diletakkan di atas tanah.

  • Jangan menggunakan sepatu sepanjang waktu

Beberapa tempat di Thailand memiliki aturan tidak boleh mengenakan alas kaki di kuil, rumah, toko, serta beberapa restoran.

Selalu perhatikan bagian depan tempat yang akan dituju, apakah banyak sandal atau tidak. Untuk memudahkan gunakan alas kaki yang mudah dilpas.

Sehingga memudahkan kalian untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

  • Jangan terlibat dengan obat terlarang

Thailand memang memiliki sisi wilayah yang kumuh dan banyak kegiatan ilegal terjadi. Kalian harus menghindarinya. Meski obat yang dibawa dalam jumlah kecil bisa mendapatkan masalah yang besar.

(Sumber: Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya, Nur Rohmi Aida | Wahyu Adityo Prodjo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com