Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/12/2019, 16:00 WIB
Ari Welianto,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Forbes

KOMPAS.com - Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0, salah satunya Indonesia. Berbagai teknologi yang menandai dimulainya revolusi industri 4.0, sudah mulai diterapkan di berbagai lini.

Tapi sebenarnya apa itu industri 4.0? karena banyak masyarakat yang belum tahu meski sudah sering digemakan.

Apa itu industri 4.0?

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), revolusi industri keempat ini menandai serangkaian pergolakan sosial, politik, budaya, dan ekonomi.

Ini akan berlangsung selama abad ke-21, membangun pada ketersediaan luas teknologi digital yang merupakan hasil dari revolusi industri ketiga.

Pada industri keempat ini sebagian besar didorong oleh konvergensi inovasi digital, biologis dan fisik.

Baca juga: Keuntungan Industri 4.0 bagi Perempuan Bekerja

Revolusi industri keempat ini akan melibatkan perubahan sistemik di banyak sektor dan aspek kehidupan manusia.

Dampak lintas dari sektor teknologi yang muncul lebih penting daripada kemampuan yang mereka wakili.

Dikuntip dari Forbes, jika industri 4.0 ini mengoptimalkan komputerisasi industri 3.0.

Ketika komputer diperkenalkan di industri 3.0, maka itu menganggu penambahan teknologi yang sama baru. Sekarang dan ke masa depan ketika industri 4.0 dibuka, maka komputer terhubung dan berkomunikasi satu sama yang lain.

Kombinasi dari sistem fisik-cyber, internet of things (IoT) dan internet of system membuat industri 4.0 menjadi mungkin dan membuat pabri pintar menjadi kenyataan.

Baca juga: Menteri Tenaga Kerja: 23 Juta Pekerja Indonesia Terdampak Otomatisasi di Era Revolusi Industri 4.0

Indonesia siap terapkan Industri 4.0

Dilansir dari Kompas.com (11/6/2018), Indonesia telah berkomitmen dan siap menerapkan industri 4.0 untuk membangun indsutri manufaktur yang berdaya saing global.

Komitmen Indonesia ini ditandai dengan diluncurkan "Making Indonesia 4.0" oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada awal April 2018.

Penamaan Making Indonesia 4.0 ini menurut Jokowi sangat tepat. Karena memiliki arti yang bagus, yakni membangun kembali perindustrian Indonesia ke era baru pada revolusi industri keempat dan merevitalisasi industri nasional secara menyeluruh.

"Harapannya dengan implementasi Industri 4.0, Indonesia dapat mencapai Top Ten (10 besar) ekonomi global pada tahun 2023 melalui peningkatan angka ekspor netto kita kembalikan sebesar 10 persen dari PDB," kata Presiden Jokowi.

Baca juga: Menperin: Penguasaan Infrastruktur Jadi Kunci Daya Saing di Industri 4.0

Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menetapkan lima sektor manufaktur yang akan diprioritaskan pengembangannya.

Lima sektor itu yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, serta kimia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Forbes
Video rekomendasi
Video lainnya

28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com