Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan

Kompas.com - 13/12/2019, 12:00 WIB
Ari Welianto,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Siapa yang tidak kenal dengan pahlawan perempuan asal Jepara Raden Ajeng (RA) Kartini?

RA Kartini dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan. Dia adalah tokoh pelopor kebangkitan perempuan pribumi dan menjadi simbol bagi kemerdekaan Indonesia lewat gerakan feminis.

Kelahiran

Lahir di Rembang, 21 April 1879, RA Kartini prihatin dan merasakan adanya diskriminasi antara laki-laki dan perempuan pada masa penjajahan.

Pada zaman itu perempuan tidak diperbolehkan mendapatkan pendidikan. Hanya perempuan bangsawan yang berhak memperoleh pendidikan.

Pendidikan

Beruntung, Kartini memperoleh pendidikan di ELS (Europes Lagere School). Karena Kartini adalah anak dari Raden Mas Adipati Aryo Sosroningrat, Bupati Jepara.

Baca juga: Mengenalkan Sosok Kartini melalui Komik Digital Pejuang Emansipasi Perempuan

Namun, Kartini hanya bisa memperoleh pendidikan hingga berusia 12 tahun. Karena menurut tradisi jawa, anak perempuan harus tinggal di rumah sejak usia 12 tahun hingga menikah.

Dilansir dari Kompas.com (21/4/2014), Kartini punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan karena ingin mendapatkan hak yang sederajat dengan pria dalam hal pendidikan.

Tapi keinginan untuk sekolah lebih tinggi harus terkubur, karena Kartini harus menikah dengan seorang bangsawan Rembang bernama KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada 1903.

Meski menikah, Kartini tetap berjuang memperhatikan kaumnya. Kartini menuang pemikirannya lewat tulisan yang dimuat oleh majalah perempuan d Belanda bernama De Hoandsche Lelie.

Kartini juga mengirim surat ke teman-temannya di Belanda, salah satunya bernama Rosa Abendanon.

Baca juga: Peringati Hari Kartini, Tia Hendi Berbagi Bersama Anak-anak Berkebutuhan Khusus

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), dalam surat yang ditulisnya, Kartini menyatakan keprihatinannya atas nasib-nasib orang Indonesia di bawah kondisi pemerintahan kolonial.

Ini juga untuk peran-peran terbatas bagi perempuan Indonesia. Bahkan, dia menjadikan hidupannya sebagai model emansipasi.

Buku Kartini

Tulisan-tulisan yang dimuat dalam majalah dan yang dikirim ke teman-temannya dibukukan oleh Jacques Henrij Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda.

Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht atau Dari Kegelapan menuju Cahaya. Pada 1922, tulisan itu diterbitkan menjadi bukuk kumpulan surat Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang : Boeh Pikiran, oleh Balai Pustaka.

Buku memperoleh respon positif dari masyarakat dan mendapat dukungan di Belanda. Bahkan dibentuk Yayasan Kartini pada tahun 1916.

Yayasan itu kemudian mendirikan sekolah perempuan di beberapa daerah Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang hingga Cirebon.

Meninggal

RA Kartini meninggal pada 17 September 1904 di usia 25 tahun setelah beberapa hari melahirkan. Kartini dimakamkan di Desa Bulu Kabupaten Rembang.

Baca juga: Ucapkan Selamat Hari Kartini, Ini Pesan Jokowi untuk Perempuan Indonesia

RA Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada 2 Mei 1964 oleh Presiden Soekarno lewat Keputusan Presiden No 108 Tahun 1964.

Tidak hanya itu, tanggal lahir RA Kartini 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Ini untuk menghormati jasa-jasanya dalam memperjuangkan emansipasi perempuan Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com