Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/10/2023, 06:30 WIB
Usi Sulastri,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.comBahan bakar konvensional yang sering kita gunakan sehari-hari, seperti bensin dan diesel, memiliki risiko tinggi terkait kebakaran dan peledakan. Namun, baru-baru ini, ilmuwan menemukan inovasi bahan bakar yang aman api.

Umumnya, bahan bakar mengandung senyawa kimia yang sangat mudah terbakar.

Akan tetapi, penemuan baru yang dilakukan ilmuwan dari University of California-Riverside menemukan bahan bakar yang lebih aman dari bahan bakar konvensional.

Baca juga: Benarkah Bahan Bakar Fosil Berasal dari Dinosaurus?

Bahan bakar tahan api

Para insinyur kimia dari University of California-Riverside telah berhasil merancang sebuah jenis bahan bakar yang unik, yang hanya akan terbakar ketika dikenai arus listrik, seperti yang dikutip dari Science Daily pada Selasa (3/10/2023).

Temuan ini menawarkan banyak keuntungan, yang salah satunya adalah tingkat keamanan yang tinggi. Bahan bakar ini tidak bereaksi terhadap api terbuka, sehingga membuatnya tahan terhadap kemungkinan kebakaran yang tidak disengaja saat disimpan atau diangkut.

"Bahan bakar yang biasanya kami gunakan tidak terlalu aman. Ini menguap dan dapat terbakar, serta sulit untuk menghentikannya," ujar Yujie Wang, mahasiswa doktoral teknik kimia UCR, dan rekan penulis makalah baru tentang bahan bakar.

"Mengendalikan bahan bakar ini agar tidak terbakar lebih sederhana dan bisa dihentikan dengan mematikan tegangan," sambungnya.

Baca juga: Mengapa Uranium Sangat Penting untuk Bahan Bakar Nuklir?

Penemuan bahan bakar tahan api

Dasar dari bahan bakar baru ini adalah cairan ionik, yang merupakan bentuk garam cair.

"Cairan yang kami gunakan dalam proyek ini memiliki titik leleh yang lebih rendah daripada garam meja, tekanan uap yang rendah, dan unsur-unsur organik," ujar Wang.

Setelah dilakukan percobaan di laboratorium, tim mengubah formula cairan ionik dengan menggantikan klorin dengan perklorat.

Selanjutnya, mereka menggunakan pemantik rokok untuk menguji apakah cairan yang dihasilkan dapat terbakar.

"Begitu kami mematikan arus, nyala api pun padam, dan kami dapat mengulangi proses tersebut berulang-ulang – menerapkan tegangan, mengamati asap, menyalakan asap hingga terbakar, lalu mematikannya," ujar Wang.

"Kami sangat gembira menemukan sistem yang dapat kami aktifkan dan matikan dengan sangat cepat," sambungnya.

Penambahan tegangan yang lebih tinggi ke dalam cairan, maka akan menghasilkan api yang lebih besar dengan output energi yang lebih tinggi pula.

Baca juga: 4 Dampak Negatif Penggunaan Bahan Bakar Fosil terhadap Lingkungan

 

 

Dengan demikian, pendekatan ini juga dapat berfungsi sebagai sistem pengaturan atau throttling pada mesin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com