KOMPAS.com - Polusi cahaya adalah masalah lingkungan yang sering kali diabaikan. Terutama dalam perkotaan modern, kita sering terbiasa dengan cahaya buatan yang bersinar terang sepanjang malam.
Namun, ada konsekuensi serius terkait polusi cahaya yang mungkin belum kita sadari sepenuhnya.
Baca juga: Bagaimana Polusi Cahaya Membuat Bintang Sulit Terlihat di Langit?
Salah satu dampak yang menarik perhatian para ilmuwan adalah bagaimana polusi cahaya dapat memengaruhi evolusi dan adaptasi makhluk hidup, termasuk burung.
Dilansir dari Washington State University, Kamis (21/9/2023), hasil penelitian mereka menunjukkan burung di perkotaan memiliki mata 5 persen lebih kecil dibandingkan dengan yang hidup di daerah kurang terang di pinggiran kota.
Dalam penelitian ini, Dr. Phillips dan rekannya menganalisis lebih dari 500 burung, membandingkan ukuran tubuh dan mata. Mereka juga mengevaluasi pengukuran tingkat kebisingan dan cahaya di setiap habitat.
Implikasi temuan ini sangat mendalam, terutama dalam konteks penurunan populasi burung yang mengkhawatirkan di seluruh Amerika Serikat.
Para ilmuwan percaya bahwa pemecahan habitat adalah pendorong utama penurunan populasi burung.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa polusi sensorik seperti cahaya yang disebabkan manusia juga dapat memengaruhi kemampuan burung untuk beradaptasi dengan perkotaan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Amerika Serikat dan Kanada telah menyaksikan pengurangan sebesar 29 persen atau 3 miliar burung sejak tahun 1970.
Baca juga: Polusi Cahaya Bikin Hewan Disorientasi Arah
"Studi ini mengungkapkan bahwa burung perumahan dapat beradaptasi seiring berjalannya waktu di lingkungan perkotaan, sementara burung yang melakukan migrasi tidak demikian," ungkap Jennifer Phillips, seorang ahli ekologi satwa liar di Washington State University.
"Mungkin karena mereka menghabiskan musim dingin di tempat yang juga memiliki tingkat cahaya dan kebisingan yang tinggi akibat aktivitas manusia yang serupa. Situasi ini mungkin membuat adaptasi mereka menjadi lebih sulit selama musim kawin," sambungnya.
Dilansir dari Sci News, Kamis (21/9/2023), menariknya, tidak ada perbedaan mencolok yang terdeteksi dalam ukuran tubuh burung dari berbagai lokasi, kecuali untuk Painted Bunting (Passerina ciris).
Setelah analisis lebih lanjut, para peneliti menemukan bahwa perbedaan ukuran mata sebagian besar disebabkan oleh usia.
Para bunting jantan yang lebih muda, yang terlibat dalam persaingan kawin, lebih sering ditemukan di pusat kota yang lebih terang dan lebih bising, mungkin karena mereka memilih habitat yang kurang diminati.
"Ukuran mata yang lebih kecil memungkinkan burung untuk menghadapi cahaya yang lebih terang dan lebih konstan di lingkungan kota," ujar Dr. Todd Jones, seorang peneliti postdoctoral di Smithsonian's Migratory Bird Center.
Baca juga: Bahaya Polusi Cahaya pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan
Menurut Jones, burung dengan mata yang lebih besar bisa agak dibutakan oleh silau lampu kota atau tidak bisa tidur nyenyak, menempatkan mereka pada posisi yang kurang menguntungkan di daerah perkotaan.
"Penting juga untuk memahami bagaimana mengelola lingkungan dengan bijak untuk burung-burung yang mungkin tidak beradaptasi di perkotaan," ujar Jones.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.