KOMPAS.com - Singa, serigala, dan hiu putih besar merupakan predator puncak. Mereka dapat memangsa hewan apa saja dan tidak memiliki predator alami, kecuali manusia.
Jika manusia bisa menjadi predator dari predator puncak tersebut, apakah itu berarti manusia berada di puncak rantai makanan?
Dilansir dari Live Science, untuk menentukan apakah manusia berada di puncak rantai makanan bergantung pada bagaimana "predator" didefinisikan; apakah predator berarti membunuh untuk makan atau sekadar membunuh hewan lain, serta apakah konteksnya adalah manusia prasejarah atau manusia modern.
Menurut Sylvain Bonhommeau, peneliti dan ahli ekologi kelautan di IFREMER, sebuah lembaga penelitian kelautan di Perancis, dalam ekologi, posisi manusia dalam rantai makanan tidak didasarkan pada apa yang memangsa manusia dan apa yang dibunuh manusia.
Baca juga: Dampak Perubahan Iklim, Ikan Predator Teratas Kehilangan Habitat
Sebaliknya, Bonhommeau mengatakan, posisi manusia dalam rantai makanan sepenuhnya didasarkan pada apa yang dimakan.
Dengan berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia bukanlah predator utama karena manusia tidak memakan semua yang dibunuhnya.
Bonhommeau dan rekan-rekannya di IFREMER berupaya menentukan posisi manusia dalam rantai makanan, yang juga dikenal sebagai tingkat trofik.
Para ilmuwan biasanya menilai tingkat trofik pada skala 1 sampai 5. Tumbuhan dan produsen primer lainnya, yang memperoleh energi melalui sinar matahari, menempati tingkat satu dan herbivora berada di tingkat dua.
Sementara itu, spesies di tingkat ketiga hanya memakan herbivora, spesies di tingkat keempat hanya memakan karnivora tingkat tiga, dan seterusnya.
Baca juga: Perbedaan Rantai Makanan dan Jaring-jaring Makanan
Spesies yang mendapatkan makanannya dari berbagai tingkat trofik, seperti omnivora, diberi skor berdasarkan tingkat trofik rata-rata dari apa yang mereka makan, ditambah satu. Misalnya, hewan yang memakan 50% tumbuhan dan 50% herbivora akan menjadi omnivora level 2,5.
Dengan menggunakan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB tentang konsumsi makanan manusia di seluruh dunia, para ilmuwan IFREMER menetapkan tingkat trofik untuk setiap makanan yang manusia makan.
Mereka menemukan, rata-rata, manusia mendapatkan 80% kalori hariannya dari tumbuhan dan 20% dari daging dan ikan.
Hal ini menempatkan manusia pada tingkat trofik rata-rata 2,21, berada di antara ikan teri dan babi. Namun, tingkat trofik manusia bisa bervariasi di seluruh dunia.
Baca juga: Tingkatan Trofik dalam Rantai Makanan
Di Burundi, misalnya, tanaman merupakan 96,7% makanan lokal pada tahun 2009 sehingga tingkat trofik di negara tersebut adalah 2,04.
Sementara itu, penduduk di Islandia, yang pola makannya terdiri dari sekitar 50% daging pada tahun yang sama, memiliki tingkat trofik sebesar 2,57.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.