Oleh: A’an Johan Wahyudi
ADAGIUM manajemen klasik menyebutkan bahwa sesuatu yang dapat diukur maka bisa dikelola dengan baik, atau sebaliknya, sesuatu yang tidak bisa diukur maka tidak dapat dikelola dengan baik.
Baca juga: Apa Tujuan Sensus Laut Global yang Berlangsung 10 Tahun?
Kiranya hal ini cukup relevan dengan tata kelola laut Indonesia. Sebuah keniscayaan bagi negara kepulauan Indonesia untuk dapat mengelola 70 persen wilayahnya yang berupa lautan.
Pengelolaan laut Indonesia yang baik dan berkelanjutan harus diawali dengan kemampuan pengukuran dan observasi laut yang baik.
Pengukuran dan observasi laut merupakan pilar utama pada riset oseanografi yang terdiri dari aspek fisik, kimiawi, dan biologis.
Pengukuran dan observasi laut pada abad-abad modern nusantara paling tidak diawali pada tahun 1600an.
Dr. Anugrah Nontji membagi periodisasi riset, pengukuran dan observasi laut nusantara menjadi lima periode (Nontji, 2002). Selanjutnya Wahyudi dkk. (2016) melanjutkan dengan menambahkan periodisasi tersebut.
Periode I (1600-1850) merupakan tahun-tahun dimana ekspedisi Rumphius menghasilkan dua karya pionir D’amboinsche Rariteitkamer (1705) dan Herbarium Amboinense (1741–1750).
Periode II (1850-1905) yang merupakan periode dimana Atlas Ichthyologique muncul sebagai referensi ikan Indonesia. Periode ini juga merupakan masa-masa diadakannya ekspedisi Challenger dan Siboga.
Periode III (1905-1960) yang ditandai dengan berdirinya Visscherij Station (cikal bakal Pusat Riset Oseanografi di masa sekarang). Ekspedisi Snellius dan Galathea juga dilakukan pada periode ini.
Periode IV (1960-1990) adalah masa-masa diadakannya ekspedisi Baruna, 1st International Indian Ocean Expedition (IIOE-1), dan 1st Cooperative Study of the Kuroshio (CSK-1).
Baca juga: Hewan Apa Itu Orca yang Tertangkap Kamera Penyelam di Laut Sulawesi?
Periode V (1990-2006) ditandai dengan ekspedisi Wallacea I dan II serta International Nusantara Stratification and Transport Program (INSTANT).
Selanjutnya periode VI (2007-2020) merupakan periode Ekspedisi Nusantara (EWIN) dan beberapa program observasi laut internasional.
Bersama diluncurkannya Decade of Ocean Science pada 2021 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengukuran dan observasi laut di Indonesia kiranya telah memasuki periode VII (2021-sekarang).
Pengukuran dan observasi laut memiliki manfaat yang sangat penting bagi manusia, terutama dalam bidang kelautan dan perikanan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.