KOMPAS.com - Bom termonuklir, yang juga disebut bom hidrogen, merupakan senjata yang daya ledaknya sangat besar.
Melansir Encyclopedia Britannica, ledakan besar bom hidrogen dihasilkan dari reaksi berantai yang tidak terkendali, di mana isotop hidrogen bergabung di bawah suhu yang sangat tinggi untuk membentuk helium dalam proses yang dikenal sebagai fusi nuklir.
Meski sama-sama memiliki daya ledak yang sangat besar, bom hidrogen berbeda dengan bom atom. Berikut adalah penjelasannya.
Baca juga: Apa yang Terjadi jika Bom Nuklir Diledakkan di Ruang Angkasa?
Bom atom, seperti yang digunakan untuk menghancurkan kota Nagasaki dan Hiroshima di Jepang selama Perang Dunia II, bekerja dengan membelah inti atom.
Ketika neutron atau partikel netral dari inti atom terbelah, beberapa menabrak inti atom di dekatnya dan juga membelahnya.
Hasilnya adalah reaksi berantai yang sangat eksplosif. Bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki meledak dengan masing-masing 15 kiloton dan 20 kiloton TNT.
Sebaliknya, uji coba pertama senjata bom hidrogen di Amerika Serikat pada November 1952 menghasilkan ledakan sebesar 10.000 kiloton TNT.
Baca juga: Mengenal Fisikawan J. Robert Oppenheimer, Sang Bapak Bom Atom
Bom hidrogen dimulai dengan reaksi fisi yang sama dengan yang menggerakkan bom atom, tetapi sebagian besar uranium atau plutonium dalam bom atom sebenarnya tidak digunakan.
Sementara dalam bom hidrogen, langkah tambahan berarti semakin banyak daya ledak bom yang tersedia.
Pertama, ledakan yang memicu memadatkan bola plutonium-239, bahan yang kemudian akan mengalami fisi. Di dalam lubang plutonium-239 ini terdapat ruang gas hidrogen.
Temperatur dan tekanan tinggi yang diciptakan oleh fisi plutonium-239 menyebabkan atom hidrogen melebur.
Proses fusi ini melepaskan neutron, yang memberi makan kembali ke plutonium-239, memecah lebih banyak atom dan meningkatkan reaksi berantai fisi.
Baca juga: Apakah Ada Tempat Terburuk untuk Berlindung dari Bom Nuklir?
Bom hidrogen ini dapat dibuat cukup kecil agar muat di hulu ledak rudal balistik antarbenua.
Rudal ini dapat melakukan perjalanan hampir separuh dunia dalam waktu 20 atau 25 menit dan memiliki sistem panduan terkomputerisasi yang sangat akurat sehingga dapat mendarat dalam jarak beberapa ratus meter dari target yang ditentukan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.