Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Fosil Hanya Ditemukan pada Batuan Sedimen?

Kompas.com - 10/05/2023, 13:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Fosil adalah sisa-sisa organisme yang diawetkan atau jejak sisa-sisa organisme purba. Namun, fosil bukanlah sisa-sisa organisme itu sendiri.

Fosil dapat mengawetkan seluruh organisme atau hanya sebagian saja. Tulang, cangkang, bulu, dan daun semuanya bisa menjadi fosil.

Fosil bisa berukuran sangat besar atau sangat kecil. Misalnya, ada mikrofosil yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop dan makrofosil yang dapat memiliki panjang beberapa meter dan berat beberapa ton.

Salah satu hal yang dipertimbangkan oleh ahli paleontologi dalam mencari fosil adalah jenis batu di lokasi pencarian prospektif, yang hampir selalu merupakan batuan sedimen, alih-alih batuan beku atau metamorf.

Baca juga: Seperti Apa Fosil Cabai Langka yang Ditemukan di Amerika?

Kenapa fosil selalu ada di batuan sedimen?

Dilansir dari Discover Magazine, suhu dan tekanan yang menghasilkan batuan metamorf biasanya melenyapkan bahan organik yang disentuhnya. 

Dengan demikian, fosil biasanya hanya ditemukan pada batu sedimen, di mana kondisi yang lebih tenang memungkinkan pelestarian kehidupan masa lalu.

Secara keseluruhan, dari semua subtipe batuan sedimen yang terpisah, fosil paling melimpah ditemukan di serpih, batupasir, dan batugamping, meski juga muncul dalam konglomerat dan breksi.

Ahli mengatakan, fosil sedimen terbentuk ketika sedimen seperti lanau, pasir, dan pecahan cangkang mengendap di atas sisa-sisa atau sisa-sisa hewan dan tumbuhan purba lainnya. 

Baca juga: Bagaimana Terbentuknya Fosil Hewan dan Tumbuhan?

Namun, menurut ahli, tetap mungkin bagi mereka untuk menemukan fosil di batuan beku dan metamorf, meskipun itu adalah kejadian yang sangat langka.

Misalnya, ledakan vulkanik menghasilkan gumpalan abu yang mengubur organisme. Sebelum tubuh mereka habis terbakar oleh semburan magma yang dimuntahkan ke permukaan planet, mereka membentuk fosil di batuan beku. 

Alternatifnya, fosil terkadang muncul di lempengan batu yang sedang bermetamorfosis. Namun, ketika transformasi ini berlangsung, fosil-fosil ini menjadi semakin terdistorsi hingga hancur.

Jenis-jenis fosil

Ilustrasi fosil kerang dari jenis Bivalvia dari zaman Cretaceous (Periode Kapur). James St. John Ilustrasi fosil kerang dari jenis Bivalvia dari zaman Cretaceous (Periode Kapur).

Fosil dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni fosil tubuh dan fosil jejak. Fosil tulang, gigi, dan cangkang termasuk fosil tubuh. Kebanyakan fosil dinosaurus adalah kumpulan fosil tubuh. 

Baca juga: Fosil Kecoak dalam Batu Ambar Ini Ditemukan Bersama Spermanya

Sementara itu, fosil jejak adalah batuan yang telah mengawetkan bukti aktivitas biologis. Fosil jejak bukan sisa-sisa fosil, melainkan hanya jejak organisme. 

Contoh fosil jejak adalah daun atau jejak kaki purba adalah fosil jejak. Selain itu, liang juga dapat menciptakan kesan di bebatuan atau lumpur yang lembut dan meninggalkan jejak fosil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com