Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2023, 18:30 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber CNN


KOMPAS.com - Saat ini, ada lebih dari 1400 spesies kelelawar hidup yang ditemukan di seluruh dunia, kecuali daerah kutub.

Namun bagaimana makhluk tersebut berevolusi menjadi satu-satunya mamalia yang mampu terbang masih belum dipahami dengan baik.

Belum lama ini, Tim Rietbergen, seorang ahli biologi evolusi di Pusat Keanekaragaman Hayati Naturalis di Leiden, Belanda berhasil mengidentifikasi kerangka spesies kelelawar purba yang sebelumnya tidak dikenal.

Temuan kerangka kelelawar purba ini pun membantu para ahli untuk mengungkap evolusi kelelawar, karena kerangka atau fosil tersebut ditemukan berusia 52 juta tahun.

Tak hanya itu saja, kerangka yang ditemukan di dasar danau kuno di Wyoming ini sekaligus menjadi fosil kelelawar tertua yang pernah ditemukan di dunia.

Baca juga: Seperti Apa Amfibi Purba yang Berenang Mirip Buaya pada 250 Juta Tahun Lalu?

"Penelitian baru ini merupakan langkah maju dalam memahami apa yang terjadi dalam kaitannya dengan evolusi dan keragaman di masa awal kelelawar," kata Rietbergen, seperti dikutip dari CNN, Jumat (14/4/2023).

Kelelawar tertua di dunia

Rietbergen berhasil mengidentifikasi spesies kelelawar tertua di dunia itu, saat ia mengumpulkan pengukuran dan data dari spesimen museum.

Menurutnya, ini merupakan penemuan yang beruntung karena fosil kelelawar purba tersebut masih terawetkan dengan sangat baik dan memperlihatkan bentuk hewan yang lengkap, termasuk gigi.

Spesies baru kelelawar bernama Icaronycteris gunnelli yang baru ditemukan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kelelawar yang terbang hari ini.

Gigi kelelawar purba tersebut menunjukkan bahwa semasa hidupnya Icaronycteris gunnelli memakan serangga. Ukurannya pun juga kecil dengan berat yang diperkirakan hanya 25 gram.

Baca juga: Seperti Apa Wujud Elang Raksasa yang Hidup di Bumi 50.000 Tahun Lalu?

 

"Jika kelelawar melipat sayapnya di samping tubuhnya, itu akan dengan mudah masuk ke dalam tanganmu. Sayapnya relatif pendek dan lebar, mencerminkan gaya terbang yang lebih mengepak," terang Rietbergen.

Icaronycteris gunnelli hidup ketika iklim Bumi hangat dan lembab.

Kerangkanya mampu bertahan selama ribuan tahun, kemungkinan besar karena makhluk itu jatuh ke danau, membuat mereka jauh dari jangkauan pemangsa namun berada di lingkungan yang kondusif untuk fosilisasi.

Dasar danau purba tempat fosil kelelawar ditemukan adalah bagian dari Formasi Sungai Hijau Wyoming dan telah menghasilkan sejumlah fosil kelelawar.

Temuan fosil kelelawar purba yang merupakan kerangka kelelawar tertua di dunia ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah PLOS One.

Baca juga: Seperti Apa Ikan yang Hidup di Kedalaman 8.000 Meter?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com