Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Erma Yulihastin
Peneliti

Ahli klimatologi dan perubahan iklim pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN

Badai Vorteks Pengaruhi Musim di Indonesia

Kompas.com - 27/03/2023, 09:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SECARA konsisten sejak 2020, variabilitas iklim di Indonesia mendapat pengaruh dominan dari pusaran badai vorteks dan gelombang atmosfer bernama Kelvin dan Rossby. Kedua fenomena ini (vorteks dan gelombang atmosfer) tak jarang saling berasosiasi, dan selama ini terbukti mengontrol secara signifikan musim kemarau dan hujan di Indonesia.

Hal itu dapat diketahui terutama dari variasi penurunan dan peningkatan hujan setiap periode dasarian atau 10-harian.

Misalnya pada Desember 2022, terbentuk vorteks di Samudra Hindia tetapi tidak menimbulkan dampak besar pada hujan di Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang (Jabodetabek) karena suhu permukaan laut mendingin di Laut Jawa di utara Jakarta.

Baca juga: Apa Itu Fenomena El Nino?

Hal itulah yang menyelamatkan wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat. Pendinginan suhu tersebut menciptakan tekanan tinggi, sehingga angin utara yang menuju Jakarta secara cepat berbelok menuju ke arah timur, yaitu Semarang dan Jawa Tengah. Akibatnya, kondisi tersebut menimbulkan banjir besar di Semarang dan banjir meluas terjadi di Jawa Tengah.

Perlu diketahui, saat itu juga terbentuk vorteks di selatan Nusa Tenggara Timur (NTT) sehingga dampaknya meningkatkan hujan dan menimbulkan banjir di Madura dan wilayah Jawa Timur lainnya .

Selanjutnya, pada Februari lalu terbentuk Vorteks Borneo yang berlokasi di tengah ekuator, dekat wilayah Malaysia sehingga Malaysia mengalami banjir besar. Eksistensi Vorteks Borneo ini juga sekaligus mematahkan teori yang meyakini sirkulasi badai tak mungkin bisa terbentuk di dekat ekuator.

Bahkan, vorteks Borneo memiliki siklus hidup yang bersifat persisten atau tahan lama sehingga memicu banjir meluas di Kalimantan sampai dengan akhir Maret ini, karena vorteks tersebut belum sepenuhnya meluruh.

Suhu Laut Menghangat

Kini, muncul kembali vorteks di Samudra Hindia dan di selatan Jawa Timur yang mirip dengan kondisi sinoptik pada Desember 2022. Namun, ada pembeda signifikan, yaitu penghangatan suhu permukaan laut di Laut Jawa di utara Jakarta.

Di sisi lain, suhu permukaan laut yang mendingin terbentuk di Laut China Selatan telah menciptakan tekanan tinggi. Pendinginan suhu laut itu disebut juga dengan istilah cold tongue.

Apa dampaknya? Kondisi itu menyebabkan angin dari utara mengalami penguatan secara lokal, sehingga proses fisis dari kedua vorteks itu memicu dampak yang maksimal dalam meningkatkan hujan di darat melalui pembentukan konvergensi yang meluas di seluruh Jawa, terutama Jawa Barat.

Baca juga: Dampak Pemanasan Global, Suhu Laut Terdalam Mulai Menghangat

Sampai kapan? Sampai kedua vorteks tersebut meluruh sepenuhnya. Jika kedua vorteks di Samudra Hindia persisten atau tahan lama seperti vorteks Borneo, dampaknya tak hanya meningkatkan hujan secara persisten di Jawa, tetapi juga dapat menimbulkan kemarau yang bersifat basah di Jawa.

Prediksi El Nino

Meskipun El Nino diprediksi oleh berbagai model global akan mulai terjadi pada Mei 2023, namun efeknya pada musim kemarau yang lebih kering tidak akan terjadi secara menyeluruh di wilayah Indonesia.

Wilayah yang paling sensitif terhadap El Nino selama musim kemarau adalah wilayah tenggara, sehingga dampak kering kemungkinan akan melanda sebagian wilayah di tenggara Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, juga wilayah lain di Jawa seperti Pantura.

Baca juga: Kapan Musim Kemarau 2023? Ini Prediksi BMKG

Untuk wilayah lain masih ada potensi mengalami musim kemarau basah. Bahkan, potensi anomali hujan ekstrem selama periode puncak kemarau pun masih dapat terjadi karena efek dari intensifikasi dinamika pembentukan badai vorteks di Samudra Hindia di selatan Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com