KOMPAS.com - La Nina adalah fenomena cuaca yang menyebabkan kekeringan hingga bencana banjir. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa fenomena ini akhirnya akan berakhir.
Kendati demikian, badan internasional ini memperingatkan potensi ancaman El Nino mungkin segera terjadi.
Fenomena La Nina yang berangsur menurun telah mendinginkan suhu permukaan yang berdampak luas pada kondisi cuaca global, yang dimulai sejak September 2020.
Terlepas dari efek pendinginan La Nina, tahun 2021 dan 2022, cuaca global cenderung menghangat dibandingkan tahun mana pun sebelum 2015.
Namun, PBB memperingatkan bahwa saat ini fenomena El Nino yang menyebabkan kondisi berkebalikan, diperkirakan bisa terjadi tahun 2023 ini, dilansir dari Phys, Kamis (2/3/2023)
Menurut laporan WMO, La Nina yang menyebabkan dunia mengalami berbagai bencana alam akibat cuaca dan iklim yang luar biasa sulit diatasi, yang berlangsung selama tiga tahun berturut-turut, akhirnya berakhir.
Baca juga: Fenomena Cuaca di Mars, NASA Curiosity Tangkap Penampakan Setan Debu
Namun, fenomena cuaca El Nino, menurut prakiraan WMO akan mulai berkembang pada bulan Juni-Agustus 2023.
"La Nina triple-dip pertama di abad ke-21 akhirnya akan segera berakhir. Efek pendinginan La Nina mengerem sementara kenaikan suhu global, meskipun periode delapan tahun terakhir adalah rekor terpanas," kata Ketua WMO Petteri Taalas.
Taalas menambahkan, "Jika kita sekarang memasuki fase El Nino, ini kemungkinan akan memicu lonjakan suhu global lainnya."
Fenomena La Nina telah berperan dalam pendinginan suhu global skala besar di bagian tengah dan timur khatulistiwa Samudra Pasifik, yang biasanya kondisi cuaca ini terjadi setiap 2-7 tahun.
Kondisi berosilasi antara La Nina dan El Nino yang saling berkebalikan ini, di antara fenomena tersebut kemungkinan terjadi kondisi netral.
Baca juga: Fenomena Penyebab Cuaca Ekstrem Hujan Lebat di Indonesia
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.