Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Bisa Langsung Terbang, Ini Asal Usul Sayap pada Burung

Kompas.com - 26/02/2023, 12:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Burung modern seperti yang kita lihat hari ini memiliki struktur sayap khusus yang disebut propatagium supaya mereka dapat terbang.

Asal usul struktur tersebut masih menjadi misteri sehingga bagaimana burung bisa memiliki sayap dan terbang belum sepenuhnya terpecahkan.

Baca juga: Pecahkan Rekor, Seekor Burung Terbang 12.000 Km dan Lintasi 16 Negara

Tetapi penelitian baru-baru ini berhasil menunjukkan evolusi struktur dan berasal dari mana bagian tubuh tersebut.

Evolusi sayap burung

Mengutip Phsy, Sabtu (25/2/2023) kita telah mengetahui bahwa burung modern berevolusi dari garis keturunan dinosaurus tertentu yang hidup jutaan tahun lalu.

Hal ini membuat para peneliti kemudian mencari dinosurus untuk menjelaskan beberapa fitur unik pada burung. Dalam hal ini yang menjadi ketertarikan peneliti di Departemen Ilmu Bumi dan Planet Universitas Tokyo adalah sayapnya.

Baca juga: Kenapa Burung Unta Tidak Bisa Terbang?

"Di ujung depan sayap burung terdapat struktur yang disebut propatagium, berisi otot yang menghubungkan bahu dan pergelangan tangan yang membantu sayap mengepak dan memungkinkan burung terbang," kata Tatsuya Hirasawa, dari Universitas Tokyo.

"Ini tidak ditemukan pada vertebrata lain atau hilang fungsinya pada burung yang tidak bisa terbang. Jadi untuk memahami bagaimana cara terbang berevolusi pada burung, kita harus tahu cara propatagium berevolusi. Ini yang mendorong kami menjelajahi nenek moyang burung modern, yakni dinosaurus theropoda," papar Hirasawa.

Dinosaurus Theropoda, seperti Tyrannosaurus rex dan Velociraptor, memiliki lengan bukan sayap.

Penelitian lebih jauh

 

Jika para ilmuwan dapat menemukan bukti contoh awal propatagium pada dinosaurus ini, itu akan membantu menjelaskan bagaimana lengan dinosaurus bisa beralih menjadi sayap pada burung modern.

Hanya saja tidak sesederhana itu. Pasalnya, propatagium terdiri dari jaringan lunak yang tidak memfosil dengan baik, sehingga bukti langsung mungkin tidak dapat ditemukan.

Sebaliknya, para peneliti harus menemukan cara tidak langsung untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya propatagium dalam spesimen.

Berdasarkan petunjuk ini, tim menemukan bahwa propatagium kemungkinan besar berevolusi dalam kelompok dinosaurus yang dikenal sebagai theropoda maniraptoran.

Baca juga: Apakah Ada Burung Beracun?

Temuan ini kemudian mengarahkan para peneliti ke pertanyaan berikutnya tentang bagaimana propatagium berkembang pada nenek moyang burung.

Termasuk mengapa spesies theropoda khusus ini membutuhkan struktur seperti itu, apakah memang untuk lebih beradaptasi dengan lingkungannya atau ada alasan lainnya.

Tapi pada awalnya, tim peneliti berpikir beberapa therapoda mengembangkan propatagium bukan digunakan untuk belajar terbang karena kaki depan mereka dibuat untuk mengenggam objek bukan untuk terbang.

Studi dipublikasikan dalam jurnal Zoological Letters.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com