Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/02/2023, 17:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Hewan memainkan peran penting, baik dalam kehidupan kerajaan maupun non-kerajaan di Mesir kuno. Dalam hal ini, hewan-hewan dapat berperan sebagai dewa, peliharaan, simbol kesuburan, atau objek ketakutan, perlindungan, dan keberuntungan.

Hewan memiliki sifat menarik yang dikagumi dan ingin ditiru oleh masyarakat Mesir kuno, seperti kekuatan, kemampuan untuk menghindari pemangsa, sifat protektif, karakteristik pengasuhan, dan hubungan dengan kelahiran kembali. 

Oleh sebab itu, menampilkan dewa dalam wujud binatang, dengan karakteristik tertentu, menunjukkan apa yang masyarakat Mesir kuno yakini tentang sifat masing-masing dewa atau dewi.

Peran penting buaya bagi masyarakat Mesir kuno

Dilansir dari Reading Museum, buaya adalah salah satu hewan paling berbahaya dan ditakuti di Mesir. 

Baca juga: Seperti Apa Bentuk Piramida Mesir saat Pertama Kali Dibangun?

Akibatnya, tidak mengherankan bahwa buaya mendapatkan status agama dan mitologis yang mengesankan bagi masyarakat Mesir kuno, yang berusaha menemukan cara untuk melindungi diri dari murka makhluk mematikan tersebut.

Dewa buaya Sobek, yang namanya berarti 'buaya', adalah dewa kuat yang disembah dari Kerajaan Lama hingga Zaman Romawi. 

Kuil untuk pemujaan dewa ini tersebar luas, tetapi dua pusat pemujaan utama Sobek terletak di kota kuno Shedet (Crocodileopolis Yunani), Medinet-el Faiyum modern, wilayah Faiyum, dan di kuil Kom Ombo, Mesir Hulu. 

Di dalam kuil yang didedikasikan untuk Sobek, biasanya terdapat kolam yang penuh dengan buaya suci, yang dimumikan setelah kematiannya dan ditempatkan di kuil dan pemakaman.

Dewa Sobek 

Sobek merupakan dewa berkepala buaya dengan beberapa konotasi penting, termasuk hubungannya dengan warna hijau. 

Baca juga: Fakta-fakta Menarik Nefertiti Ratu Mesir Kuno yang Kharismatik

Penyembahan Sobek memuncak pada Kerajaan Tengah (c. 2055 -1650 SM), yang namanya terlihat dipinjamkan ke beberapa Firaun Dinasti Keduabelas dan Ketigabelas seperti Sobeknefru dan Sobekhotep I –IV.

Dalam mitologi, seperti yang tertulis dalam teks Piramida, Sobek disebut sebagai 'orang yang mengamuk' yang 'mengambil wanita dari suaminya kapan pun dia mau sesuai dengan keinginannya', tetapi juga bertanggung jawab untuk menghijaukan rumput di ladang dan sungai. 

Utamanya, Sobek adalah dewa air dan daerah lain di mana buaya sering ditemukan seperti tepi sungai dan tanah rawa. Diyakini pula bahwa Sungai Nil muncul dari keringat Sobek. 

Sobek dikaitkan dengan kultus dewa lain, seperti Osiris dan Amun, dan khususnya dewa matahari ketika dalam bentuk Sobek-Ra, yang membuatnya diidentikkan dengan dewa matahari Yunani, Helios. 

Sobek juga terkait erat dengan raja dan dapat bertindak sebagai simbol kekuatan dan kekuatan firaun. 

Baca juga: Bagaimana Orang Mesir Kuno Membuat Mumi?

Sobek digambarkan sebagai reptil, sering duduk di atas kuil atau altar, atau sebagai manusia berkepala buaya. Dalam bentuk apa pun, Sobek biasanya memakai hiasan kepala cakram matahari dengan tanduk dan bulu tinggi, mungkin juga memakai wig saat dalam wujud manusia. 

Dewi Ammit

Dewa berkepala buaya lainnya adalah Ammit, yang dikenal sebagai 'pemakan kematian'. Dia adalah iblis wanita dan dewi berkepala buaya dengan tubuh yang merupakan bagian dari kuda nil dan bagian dari singa, tiga hewan terbesar dan paling berbahaya yang ditakuti oleh masyarakat Mesir kuno. 

Ammit paling sering terlihat dalam upacara penimbangan hati, menunggu untuk melahap hati yang tidak murni dari orang yang meninggal sehingga akan menghancurkan perjalanan mereka ke alam baka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com