Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/02/2023, 20:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sebagian besar ikan bertulang rawan ini secara alami mengapung secara negatif. Artinya mereka lebih cenderung tenggelam daripada mengambang. Ini karena tubuh ikan bertulang rawan lebih padat daripada ikan di sekitarnya.

Ikan-ikan ini tidak hanya harus mempertahankan daya apung, mereka juga harus menambah daya apung untuk mengimbangi kecenderungan tenggelam alami mereka.

Untuk mengatasi itu, ikan bertulang rawan pun beradaptasi dengan memiliki hati yang besar. Organ terbesar dalam tubuh hiu adalah hati, yang menempati hingga 90 persen rongga tubuh hiu dan sekitar 25 persen dari beratnya.

Hati yang membesar ini diadaptasi untuk menampung minyak dalam jumlah besar. Minyak ini terutama terdiri dari sejenis kolesterol yang disebut squalene.

Lipid menumpuk di hepatosit (sel hati) dan membentuk sekitar 80% dari volume sitoplasma mereka. Squalene kurang padat dibandingkan air laut di sekitarnya dan membantu hiu mengapung.

Baca juga: Apakah Ikan Pari Berbahaya bagi Manusia?

Ikan bertulang rawan juga memiliki cara lain untuk mengatasi kekurangan mereka yang tidak memiliki kantong renang.

Udara adalah zat yang dapat dimampatkan, dan udara di kantong renang tidak terkecuali.

Bergantung pada tekanan eksternal, itu dapat dikompresi atau didekompresi. Ini membatasi ikan bertulang menuju ke zona air tertentu, asalkan memiliki tekanan konstan.

Jika mereka menyelam atau naik terlalu cepat, perubahab tekanan akan menyebabkan kantong renang pecah.

Namun, tidak adanya kantong renang memungkinkan ikan bertulang rawan untuk bermanuver dengan cepat melalui kedalaman lautan tanpa ancaman ledakan.

Mereka memanfaatkan dari dorongan daya apung lainnya yakni kerangka tulang rawan. Tulang rawan memiliki berat kurang dari tulang. Struktur kerangka ikan bertulang rawan yang ringan ini yang kemudian membantu mereka untuk tetap mengapung.

Baca juga: Apakah Ada Ikan yang Bisa Terbang?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com