Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/02/2023, 20:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah Anda bermimpi tentang peristiwa yang baru saja di alami? Atau mungkin memimpikan orang-orang yang sudah lama tidak Anda temui?

Meski belum dapat dapat dipastikan, mimpi memang biasanya merupakan pemikiran otobiografi berdasarkan aktivitas, percakapan, atau masalah dalam hidup kita.

Ada beberapa teori tentang peran mimpi yang kita alami, misalnya mimpi sebagai inspirasi, mimpi sebagai terapi, atau mimpi sebagai penguat memori. 

Terlepas dari tujuan mimpi, sebenarnya apa yang terjadi pada otak manusia saat bermimpi?

Aktivitas otak saat mimpi

Dilansir dari BBC Science Focus Magazine, otak manusia tetap aktif selama mimpi, dari batang otak hingga korteks.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh jika Berhenti Makan Karbohidrat?

Sebagian besar mimpi terjadi selama tahap tidur REM (rapid eye movement). REM adalah bagian dari siklus tidur-bangun yang dikendalikan oleh sistem aktivasi retikuler, yang sirkuitnya berjalan dari batang otak melalui talamus ke korteks. 

Sistem limbik di otak tengah berurusan dengan emosi, baik saat terjaga maupun bermimpi, dan termasuk amigdala, yang sebagian besar terkait dengan rasa takut dan terutama aktif selama mimpi.

Korteks bertanggung jawab atas isi mimpi. Karena kita adalah makhluk yang sangat visual, korteks visual, tepat di belakang otak, sangat aktif saat kita bermimpi, tetapi begitu juga banyak bagian korteks lainnya.

Saat bermimpi, bagian yang paling tidak aktif adalah beberapa bagian dari lobus frontal. Ini mungkin menjelaskan mengapa kita menjadi tidak kritis selama mimpi, menerima kejadian aneh seolah-olah itu nyata sampai akhirnya kita bangun. 

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Otak Saat Menghirup Udara Berpolusi?

Mengapa orang bermimpi?

Ada banyak hal yang belum diketahui para ahli tentang mengapa manusia bermimpi dan dari mana mimpi itu berasal.

Namun, dilansir dari Cleveland Clinic, salah satu teori mengatakan, bermimpi membantu kita mengkonsolidasikan dan menganalisis ingatan. Selain itu, mimpi mungkin berfungsi sebagai "latihan" untuk berbagai situasi dan tantangan yang kita hadapi.

Para ahli telah mengetahui apa yang terjadi secara fisiologis selama mimpi. Namun, pada saat yang sama, perlu juga mempelajari lebih banyak tentang apa yang terjadi secara psikologis saat kita bermimpi.

Misalnya, sebuah studi menunjukkan bahwa mimpi lebih berasal dari imajinasi manusia (ingatan, pikiran abstrak, dan keinginan yang dipompa dari dalam otak), alih-alih dari persepsi (pengalaman sensorik hidup yang dikumpulkan di otak depan).

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh jika Kekurangan Protein?

Para ahli pun telah menemukan bahwa mimpi dapat menyertai kondisi kejiwaan. Misalnya, seseorang dengan sindrom stres pasca-trauma (PTSD) lebih cenderung mengalami mimpi buruk. 

Mimpi buruk tersebut adalah manifestasi dari ketegangan bagi orang dengan PTSD karena mereka terjebak di pengalaman traumatis mereka.

Namun, di sisi lain, mimpi buruk dapat dialami oleh siapa saja. Oleh sebab itu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui sumber mimpi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com