Oleh Ma'rufin Sudibyo
KOMET ZTF (C/2022 E3) hadir di dekat Bumi kita sepanjang Januari hingga Februari mendatang.
Pada pekan terakhir Januari dan pekan pertama Februari, komet berkemungkinan terlihat dengan mata tanpa alat bantu optik apapun.
Baca juga: Kenapa Komet Memiliki Ekor dan Berapa Ukuran Komet?
Kehadiran sang pengelana yang pernah singgah di langit kita di masa purba menggamit kembali perbincangan tentang ancaman bahaya dari antariksa.
Kala benda langit yang nampak seakan mata tombak berujung kehijau–hijauan itu mengerjap di langit malam sekitar 50.000 tahun silam, generasi cerdas penghuni Bumi masih berupa Homo sapiens arkhaik (awal) yang sedang berjuang dengan peradaban batunya.
Mulai manusia Neanderthal dan CroMagnon yang menghuni daratan Eropa. Lalu manusia Denisova yang berkelana di Asia utara. Hingga manusia Wajak dan si katai manusia Flores yang bertempat tinggal di dataran Asia tenggara.
Saat menyaksikan langit senja pasca terbenamnya mentari atau langit fajar jelang terbitnya sang surya, mereka melihat bintang berekor itu. Beringsut pelan dari hari ke hari di latar depan bintang gemintang. Membawa rahasia kosmik yang sulit diurai untuk masanya.
Limapuluh milenia kemudian, komet yang sama hadir kembali di langit kita.
Manusia Neanderthal dan kawan–kawannya telah lama punah. Berganti manusia modern yang kian bertambah dan berkembang dari hari ke hari, termasuk dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kini kita memiliki tradisi dan bintang berekor sang pengelana dari masa purba itu pun menyandang nama. Yakni komet ZTF (C/2022 E3). Sebuah komet periodik dengan periode orbit yang sangat panjang, hingga 50.000 tahun lamanya. Istimewanya, komet ZTF (C/2022 E3) akan menjadi komet terang di tahun 2023 ini.
Tentu saja jika semua sifat fisisnya sesuai dengan prediksi matematikanya, suatu hal yang jarang terjadi dalam dunia astronomi komet.
Baca juga: Apa Itu Komet, Bintang Berekor yang Mengelilingi Matahari
Komet ZTF (C/2022 E3) ditemukan melalui kamera sudutpandang lebar yang terangkai teleskop Samuel Oschin 122 cm pada program Zwicky Transient Facility (ZTF). Program penyigian langit yang berpangkalan di Observatorium Palomar, California (Amerika Serikat). Karenanya ia menyandang nama komet ZTF.
Komet pertama kali terekam pada 2 Maret 2022 sebagai bintik cahaya sangat redup, 21 kali lebih redup ketimbang Pluto. Saat itu ia melata pada jarak 640 juta kilometer dari Matahari kita. Atau hampir sejauh orbit Jupiter.
Pengamatan demi pengamatan menyimpulkan komet ZTF (C/2022 E3) adalah penghuni purba tata surya kita. Orbitnya demikian lonjong.
Titik terdekatnya ke Matahari (perihelion) setara dengan jarak Bumi kita ke sang surya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.